TEMPO Interaktif, Sanaa - Suasana tenang mulai tampak di Ibu Kota Sanaa kemarin, meski kekerasan terus berlanjut di sejumlah kota. Lebih dari 20 orang tewas di Kota Zinjibar dan Kota Taiz selepas terjadinya bentrokan sengit antara pasukan pemerintah dan demonstran. Wakil Presiden, Abed Rabbo Mansour Hadi, menuding kelompok Al-Qaidah yang bersembunyi di sana sebagai pelakunya.
Adapun para kepala suku di sana, yang menentang Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, menegaskan tetap akan melakukan perlawanan sampai Presiden Ali Abdullah mundur. "Kami kelompok suku mendukung kelompok tertindas dan menentang pemerintahan yang tidak sah," ujar Kepala Dewan Suku di Taiz, Syekh Hammoud Saeed al-Mikhlafi.
Baca Juga:
Presiden Ali Abdullah kini berada di Arab Saudi setelah terluka parah akibat kompleks tempatnya tinggal diserbu kelompok suku di Sanaa pada Sabtu pekan lalu. Dilaporkan 40 persen tubuhnya terbakar, paru-parunya terkena pecahan peluru meriam hingga sedalam tujuh sentimeter. Media pemerintah menyebutkan Ali, 65 tahun, akan kembali begitu pulih.
Namun, kubu oposisi mengatakan bakal melakukan segala cara guna mencegah kembalinya Ali ke Yaman. "Rakyat Yaman akan melakukan apa saja supaya Ali tak kembali ke sini," ujar tokoh oposisi Mohammed Qahtan. Hal senada juga dikatakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton. "Kami berharap ada peralihan kekuasaan secara damai," ujarnya.
WASHINGTONPOST | ALJAZEERA | ANDREE PRIYANTO