TEMPO Interaktif, Johannesburg - Perundingan di Tripoli antara pemimpin Libya Kolonel Muammar Qadhafi dan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma gagal membuahkan suatu terobosan mengakhiri konflik berdarah selama tiga bulan.
Menurut Jacob Zuma di Johannesburg, Selasa, 31 Mei 2011, Qadhafi tak mau meninggalkan Libya dan siap mencari solusi politik. Zuma mengatakan hal itu dalam pernyataan setelah bertemu Qadhafi Senin lalu. Pemimpin Libya itu mendesak diakhirinya pemboman NATO. “Dia menekankan dirinya tak siap meninggalkan negerinya, meski dalam kesulitan besar,” demikian pernyataan yang dirilis Kantor Kepresidenan Afrika Selatan. “Keselamatan pribadi Kolonel Qadhafi mengkhawatirkan.”
Dari pertemuan yang digelar di kompleks Bab al-Aziziya, di mana Qadhafi bersembunyi sejak perlawanan politik meletup di Libya pada Februari lalu, Zuma mengungkapkan pemimpin negeri di Afrika Utara itu bilang dia “siap menerapkan peta jalan”.
Peta jalan--sebuah inisiatif Uni Afrika untuk gencatan senjata dan kesepakatan penyaluran bantuan kemanusiaan dan reformasi--pernah ditolak NATO dan pemberontak. Menurut Zuma, Qadhafi kini menekankan “seluruh rakyat Libya bebas bicara di antara mereka sendiri untuk memutuskan masa depan negeri.” Tapi, pemimpin Libya itu tidak tampak menyinggung soal pengunduran diri.
Qadhafi sempat menyetujui rencana itu, pada bulan April saat pertemuan delegasi Uni Afrika yang dipimpin Jacob Zuma. Tapi, dengan cepat dia mengabaikannya dan melanjutkan serangan ke pemberontak.
Para pemimpin pemberontak yang tergabung dalam Dewan Transisi Nasional Libya kali ini kembali menolak tawaran gencatan senjata. “Itu hanya iklan bahwa Qadhafi ingin tetap berkuasa,” ujar Menteri Luar Negeri kubu pemberontak, Fathi Baja, kepada wartawan di Benghazi, kemarin.
Dengan berkukuhnya Qadhafi, NATO bakal meningkatkan serangan udaranya. Televisi Pemerintah Libya kemarin melaporkan jet-jet NATO menggempur kota padang pasir Al Jufrah, 460 kilometer selatan Tripoli.
Sebelumnya, Sekretaris Jendral NATO, Anders Fogh Rasmussen, bilang “pemerintahan teror” Qadhafi segera berakhir. Rezim Tripoli memang kian kehilangan dukungan. Senin waktu Roma, Italia, delapan perwira senior membelot bergabung ke pemberontak. Salah satu perwira telah menghitung bahwa kekuatan militer loyalis Qadhafi kini hanya 20 persen yang efektif, dan tak lebih dari 10 jenderal yang masih setia kepadanya.
RTT NEWS | REUTERS | ABC NEWS | DA