TEMPO Interaktif, Tokyo - Petani di Prefektur Kanagawa, Jepang, kebingungan. Pasalnya, daun teh yang baru saja mereka panen dinyatakan terpapar zat berbahaya, cesium radioaktif. Tak tanggung-tanggung, radioaktif yang terkandung dalam daun teh segar itu melebihi batas normal yang ditetapkan pemerintah.
Kebingungan mereka bertambah setelah ada pendapat berbeda dari dua kementrian tentang teh terkontaminasi itu. Kementrian Sosial, Tenaga Kerja, dan Kesehatan Jepang berusaha membatasi pengiriman daun teh yang berasal dari prefektur yang berada dalam radius 300 kilometer dari reaktor nomor 1, pembangkit nuklir Fukushima, karena alasan kesehatan. Akan tetapi, Kementrian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menyatakan tidaklah berbahaya meminum teh yang terbuat dari daun yang telah terpapar material radioaktif. Alasannya, material radioaktif itu akan berkurang.
"Saya tidak punya gagasan tentang apa yang terjadi. Saya ingin mereka menjelaskan hal ini," gerutu seorang petani teh. Berdasarkan ketetapan pemerintah, meski mengandung radiasi, daun teh tetap aman dikonsumsi bila radiasinya tidak melebihi 500 becquerel per kilogram. Ukuran yang sama juga berlaku untuk sayuran. Sementara untuk minuman teh, radiasinya tidak boleh melebihi 200 becquerel per kilogram, ukuran yang sama untuk air minum.
Seperti dilaporkan Yomiuri Shimbun yang dikutip Asiaone, Rabu 18 Mei 2011, belum ada laporan minuman yang dibuat dari daun teh terkontaminasi atau mengandung radioaktif melebihi 200 becquerel. Akan tetapi, memang daun teh hasil panen 9-12 Mei lalu di enam kotamadya di prefektur ditemukan mengandung radioaktif melebihi 500 becquerel.
ASIAONE | SUNARIAH