Para pengawal Bin Ladin melarang anak-anak masuk untuk mengambil bola mereka yang jatuh di dalam kompleks kediaman buronan nomor wahid Amerika Serikat itu. “Mereka malah diberi uang 100-150 rupee (US$ 2-3) untuk tiap bola,” kata penjual es krim keliling, Tanvir Ahmad.
Pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat, SEALs, menyerbu rumah itu 1 Mei lalu. Hasilnya, lima orang terbunuh, termasuk Bin Ladin, 54 tahun, dan putranya, Khalid, 22 tahun.
Tentu saja, hal ini mengundang kecurigaan. Menurut Daniel Alvi, remaja 16 tahun yang kerap bermain bola dan kriket di depan kediaman Bin Ladin, ia saban hari melihat seorang lelaki pulang mengendarai minibus Suzuki warna merah dengan bawaan seekor kambing hidup.
Tukang susu langganan keluarga Bin ladin juga hanya menunggu di luar tiap kali mengantar pesanan. Ia juga tidak pernah membunyikan bel di pagar rumah itu.
Sampai-sampai, kata Daniel, muncul selentingan di warga sekitar yang tingganl di rumah berlantai tiga itu adalah keponakan Baitullah Mahsud, mendiang pemimpin Taliban di Pakistan yang tewas karena serangan rudal Amerika.
TELEGRAPH/FAISAL ASSEGAF