Hun Sen membuka pembicaraan dengan mengatakan dirinya jarang melakukan konferensi pers. Namun, ia berkeinginan menyampaikan persoalan ini kepada wartawan. “Semua orang tahu bahwa masalah perbatasan Kamboja dan Thailand telah merusak atmosfer ASEAN,” ujarnya.
Dengan semangat ASEAN, Indonesia sebagai Ketua ASEAN telah berupaya menyelesaikan sengketa ini sejak Februari 2011 sampai sekarang. Pada pertemuan 22 Februari lalu, para menteri luar negeri memutuskan untuk mengirim tim peninjau ke perbatasan. “Kamboja bertanggung jawab dan memikirkan perasaan orang lain. Oleh karena itu, Kamboja menjawab secepatnya TOR yang dirancang oleh Indonesia, “ jelas Hun Sen.
Thailand tidak menandatangani penerimaan TOR itu. Sebaliknya, malah memaksa Kamboja menarik pasukan dari wilayahnya sendiri. Menteri Luar Negeri Kamboja menolak kondisi itu dan Hun Sen menekankan dalam pertemuan bahwa penarikan pasukan dari wilayah Kamboja tidak dapat diterima.
“Jadi kemarin, sepertinya situasi tegang dalam sidang pleno. Kamboja mengungkapkan isu tersebut bukan untuk membuat masalah, tapi untuk menyelesaikan masalah. Isu ini diangkat, dan Presiden Indonesia, Ketua ASEAN, sedang mempertimbangkan isu tersebut,” kata Hun Sen.
Ia juga menegaskan tidak ada mekanisme bilateral yang dibatalkan. Masalah di perbatasan kuil Preah Vihear telah dibawa ke Dewan Keamanan PBB sehingga pembicaraan soal ini perlu partisipasi ASEAN.
Setelah Hun Sen, Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva dijadwalkan melakukan konferensi pers di ruang media center sekitar pukul 15.15 WIB.
MARIA RITA