Selain tidak ada koneksi Internet dan telepon, rumah itu disekat menjadi kamar-kamar layaknya kontrakan. Tiap keluarga menempati satu kamar yang dilengkapi ruang tidur, kamar mandi, dan dapur kecil.
Inilah yang membuat Usamah, 54 tahun, tidak pernah keluar kamar tidurnya. Seperti pengakuan istrinya, Amal al-Sadah, 27 tahun, kepada para penyelidik, Usamah tidak pernah keluar kamar selama lima tahun. Selain itu, semua keperluan juga dibeli oleh kurir kepercayaannya, yakni Abu Ahmad al-Kuwaiti, warga Pakistan.
Di kamar itu pula, Usamah tewas dengan luka tembak di kepala dan dada oleh pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat, SEAL. Insiden Ahad dini hari lalu itu juga menewaskan Abu Ahmad, istri, dan saudaranya. Sementara, korban cedera adalah Amal al-Sadah dan putrinya, Safia, 12 tahun.
Di lantai dasar rumah itu terdapat sebuah ruang kelas, lantaran 12 anak yang tinggal di sana tidak ada yang bersekolah. Dalam kelas itu terdapat papan tulis berwarna putih, sejumlah buku teks, dan buku tulis berisi tulisan Arab.
Kontroversi kematian Usamah masih berlanjut karena banyak yang tidak percaya lelaki berdarah Arab Saudi itu telah terbunuh. Washington mengklaim telah menguburkan jenazah Usamah di wilayah utara Laut Arab.
GUARDIAN | FAISAL ASSEGAF