Apa saja hasil pertemuan Anda dengan Menteri Marty ?
Pertama, menyampaikan perkembangan terakhir tentang situasi di perbatasan bahwa lokasi pertempuran berada di sekitar 150 kilometer dari lokasi pertama pecahnya konflik (sekitar kuil Preah Vihear). Kedua, menjelaskan bahwa kami berperang hanya untuk membela diri. Ketiga, kami menjelaskan bahwa bukan kami yang pertama kali melakukan pertempuran. Kami menginginkan perdamaian dan keamanan di sepanjang perbatasan yang dihuni banyak penduduk di sana. Tidak rasional kami melakukan penembakan yang justru melukai warga kami. Hampir 50 ribu warga Thailand dalam tempo 5 hingga 7 hari terakhir terpaksa mengungsi. Padahal selama ini kami memberikan bantuan bagi perkembangan Kamboja, kami berinvestasi di sana, banyak turis dari Thailand kami bawa ke kamboja. Ini membuat kami sangat sulit mengerti kenapa Thailand dikatakan tidak membutuhkan situasi damai.
Apa hal penting yang Anda sampaikan kepada Marty?
Kami siap untuk solusi damai melalui negosiasi dan penyelesaian bilateral yang selama ini sudah dilakukan antara Kamboja dan Thailand. Kami juga punya keluarga ASEAN yang harus membantu mengatasi konflik.
Pada pertemuan Februari lalu, Thailand tidak menerima term of reference mengenai pengiriman pengamat ke perbatasan?
Tidak, ini lebih pada prosedur. Saya harus konsultasikan lebih dahulu hal itu kepada ahli politik dan ahli hukum. Saya kemudian harus berkonsultasi dengan tentara Thailand, badan keamanan, dan saya juga harus menyampaikannya ke kabinet. Kedua, kami juga harus memastikan dari dua sisi tentang keamanan pengamat sebelum ditempatkan di lokasi. Ketiga, juga harus berada di bawah satu payung, yakni Konvensi Wina tentang kekebalan diplomatik dan banyak lagi. Jadi kami memiliki prosedur internal dan kami ingin semuanya jelas karena kami memiliki birokrasi, kami memiliki sistem demokrasi. Kami tidak bisa membuat keputusan saat itu. Hal penting juga untuk menghindari terjadinya salah pengertian. Thailand memahami Indonesia, Indonesia memahami Thailand, begitu juga Kamboja memahami Indonesia dan sebaliknya. Sehingga ini bukan kesengajaan untuk menunda atau menolaknya. Pertanyaan dikembalikan ke Phnom Pen kenapa mereka tetap ingin berperang.
Apa saja syarat detail yang Anda ajukan untuk menghadirkan pengamat di perbatasan?
Yang terpenting adalah lokasi, yakni 4,5 kilometer dari wilayah Thailand dan 3 kilometer dari wilayah Kamboja. Jarak ini diukur dari lahan yang dipersengketakan. Lalu, bukan pasukan militer.
Mengapa Thailand masih mempersoalkan perbatasan inip adahal Mahkamah Internasional pada 1962 memutuskan kuil Preah Vihear milik Kamboja. Begitu juga UNESCO, pada 2008 menetapkan Preah Vihear menjadi warisan dunia?
Saya pikir tidak ada problem dengan kuil. Tapi, permasalahan kami pada lahan di sekitar kuil. Sebab, pengadilan internasional hanya memutuskan Kamboja sebagai pemilik sah kuil. Pengadilan internasional tidak memutuskan siapa pemilik lahan di sekitar kuil . Makanya kami (Thailand dan Kamboja) memiliki Memorandum of Understanding pada tahun 2000 untuk menegosiasikan siapa sesungguhnya pemilik lahan.
Apakah Thailand mengajukan proposal dalam penyelesaian sengketa?
Thailand tidak mengajukan proposal. Anda tinggal melihat ke peta, peta tua, lihat ke perjanjian yang dulu dibuat, dan pelajari rekaman atas semua diskusi tentang masalah ini sebagai referensi.
Anda menyetujui gencatan senjata. Apa poin kunci untuk gencatan senjata?
Kembali ke meja perundingan dan bersabar. Tidak menggunakan perang untuk menyelesaikan konflik untuk tujuan domestik, membungkam oposisi, dan ajang promosi penggantinya.
Maksud Thaksin Sinarwata menjadi penasihat Kamboja?
Bagaimana bisa terjadi negara beradab dipimpin seorang pencuri, koruptor politisi. Kami sudah sangat sabar dengan Hun Sen.
Jadi, situasi ini akan bertambah buruk?
Ya, tentu.