TEMPO Interaktif, Jakarta - Duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia Scot Marciel mengatakan, banyak pihak salah mengerti tentang kehadiran Amerika Serikat di Libya. Awalnya, rakyat Libya meminta masyarakat internasional menghentikan pembunuhan massal di negaranya.
Saat Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi, Amerika Serikat setuju untuk menjadi anggota koalisi untuk menghentikan pembunuhan massal warga sipil oleh pasukan tentara Libya yang dipimpin Muammar Qadhafi.
“Kepedulian kami yang terpenting adalah menghentikan pembunuhan massal di Libya,” kata Marciel saat memberikan kuliah di hadapan sejumlah mahasiswa studi Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, hari ini (19/4).
Kuliah yang bertajuk Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat di Timur Tengah juga diikuti lewat video konferensi dengan para mahasiswa dari Universitas Syah Kuala, Nanggroeh Aceh Darussalam, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, dan Universitas Riau.
Sampai sekarang pertempuran antara pemberontak dengan pasukan Qadhafi masih terus berlangsung. Masyarakat internasional telah bertemu di London untuk membahas transisi demokrasi di Libya.
Menurut Marciel, masyarakat internasional seharusnya bangga karena pasukan koalisi Amerika Serikat dan sekutunya berhasil mencegah meluasnya pembunuhan massal di Libya. Sehingga dapat dicegah pembunuhan massal seperti terjadi dulu di Bosnia dan Serbia.
Seorang mahasiswa dari Universitas Syah Kuala mengatakan, Amerika Serikat menerapkan kebijakan standar ganda di Timur Tengah khususnya dalam kasus sengketa Israel dan Palestina dan Libya.
Marciel mengatakan, masalah Palestina-Isreal sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Ada dua solusi yang ditawarkan yakni Palestina menjadi negara yang merdeka dan keamanan bagi negara Israel. Namun sampai sekarang belum ada kesepakatan. “Ini membuat frustasi, tapi kami harus terus mendorong penyelesaiannya,” ujarnya.
MARIA RITA