Dewan Kosovo, Kamis (7/4) waktu setempat, dalam sidang khusus, memilih seorang perempuan jadi pimpinan negara.
Atifete Jahjaga, mantan deputi jenderal polisi terpilih sebagai presiden perempuan pertama Kosovo. Dalam pemilihan Dewan, perempuan 35 tahun itu memperoleh 80 suara dari 120 anggota Dewan.
Pemilihan yang diadakan oleh Dewan pada 22 Februari, diwarnai aksi boikot kelompok oposisi. Mereka menolak diselenggarakan pemilihan jika Behgjet Pacolli, seorang pengusaha, maju kembali dalam pemilihan tersebut karena dianggap inkonstitusional.
Jahjaga sesungguhynya sama sekali tak memiliki latar belakang politik dan relatif tak dikenal oleh rakyat Kosovo. Ia maju sebagai calon kompromis, Rabu malam, menjelang pemilihan.
Dalam kompromi itu diikuti oleh Pacolli, Perdana Menteri Hashim Thaci, dan pemimpin partai oposisi Isa Mustafa. Duta besar Amerika Serikat untuk Kosovo, Christopher Dell, bertindak sebagai mediator.
Pada acara jumpa pers, Rabu malam, Thachi mengatakan pada pertemuan itu dicapai kesepakatan bahwa pemilihan presiden, kelak, akan dipilih secara langsung oleh rakyat. Sedangkan pemilihan presiden akan diselengarakan enam hingga sembilan bulan mendatng usai perubahan konstitusi.
Kesepakatan ini juga berisi pembentukan sebuah komite yang bertugas mengamandemen undang-undang untuk parlemen dan pemilihan lokal.
Keputusan mantan Presiden Pacolli menarik diri sebagai calon memainkan peran penting dalam mengakhiri krisis yang melibatkan Tahci, Mustafa, kata Dell.
CNN | CA