TEMPO Interaktif, Grozny – Ulama Chechnya mengumumkan bahwa semua pasangan yang berencana untuk menikah harus bisa membuktikan bahwa mereka HIV-negatif. Fatwa ini bukannya diindahkan, justru memicu kemarahan dari aktivis dan warga di negara bekas jajahan Rusia itu.
"Setiap pernikahan maka pengantin pria wajib mendapatkan sertifikat medis yang membuktikan bahwa mereka HIV-negatif," kata Mufti Chechnya dalam rilisnya minggu ini.
Berkembangnya penyakit HIV di Checnya ini akibat warga yang pernah mengalami masa suram saat narkoba merajalela. Rusia hampir lumpuh setelah warganya mengalami krisis heroin yang berakibat ledakan epidemi HIV / AIDS. Dari data PBB, setidaknya ada 1 juta orang yang menderita HIV-positif.
Namun bukan kali ini saja fatwa ulama Chechnya membuat heboh. Tahun lalu, ulama juga memfatwakan agar semua restoran ditutup selama bulan suci Ramadhan. Fatwa Mufti ini tidak memiliki sanksi hukum tetapi umumnya diikuti karena dia adalah pemimpin spiritual yang dihormati.
"Hal ini, tentu saja, tidak ada dalam hukum Rusia," kata Minkail Ezhiev, seorang pekerja hak asasi manusia dan pendiri Forum Masyarakat Sipil Chechnya. "Kami ingin hak asasi manusia diperhitungkan di sini," katanya kepada Reuters di Grozny.
Satu dekade setelah terpisah dari kekuasaan Moskow, perdamaian di Chechnya sampai kini masih goyah. Sementara pemimpin agama mendapatkan pengaruh dan kekuasaan di wilayah tersebut. Kini Kremlin bergantung kepada pemimpin garis keras Chechnya Ramzan Kadyrov, yang memimpin perang melawan Rusia dalam perang pertama. Kadyrov kini berbalik menjadi sekutu Kremlin untuk menjaga ketertiban di wilayah Kaukasus Utara, di mana pemberontakan Islam sedang berkobar.
REUTERS| NUR HARYANTO