Siapa Mc Veigh? Lelaki 33 tahun itu dinyatakan pengadilan setempat sebagai pelaku pemboman Oklahoma pada tanggal 19 April 1995. Peristiwa itu memakan korban 168 orang.
Eksekusi Mc Veigh, tak pelak menarik perhatian publik Amerika Serikat. Tak kurang Presiden Bush memberikan komentarnya dari gedung putih, Washington, “pada hari ini, setiap orang merasakan sakitnya kejahatan yang terjadi di Kota Oklahoma, kejadian tersebut merupakan suatu pengalaman yang dapat diambil hikmahnya.”
Mc Veigh sendiri tidak berkata apa-apa di ujung hayatnya. Ia hanya meninggalkan sebuah surat yang berisi kutipan puisi milik Ernest Henry. “Ini merupakan peringatan dalam semangat manusia yang menang.” Dan di akhir suratnya, “saya adalah pemilik dari takdir saya, saya yang memimpin jiwa saya.”
Eksekusi atas Mc Veigh disaksikan 232 orang dari keluarga korban, sebagian dari saksi tragedi enam tahun lalu itu. Keluarga terpidana sepertinya tidak merasa sedih, istri Veigh, Karen Jones, mengatakan “dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia merupakan cahaya kebenaran bagi kita,” ungkapnya. Sedangkan kakak terpidana, Larry Wicher, “hal itu merupakan hal yang menantang, di mana seandainya kesempatan itu diulang kembali,” ungkapnya.
Berbeda dengan sikap masyarakat Amerika Serikat yang mendukung hukuman mati itu, eksekusi ini dikutuk di Eropa. Hukuman atas Mc Veigh dianggap terlalu berat dan disebut sebagai hal yang barbar serta haus darah. “Kematian akhir itu merupakan hal yang barbar yang tidak pantas terjadi saat in,” ungkap Ketua Kelompok Hak-hak Manusia untuk Hukum dan Keadilan, Antonio Maria Pereira.
Eksekusi Mc Veigh sebenarnya dijadwalkan pada tanggal 16 Mei tetapi tertunda karena 4000 halaman dari dokumen FBI tidak dapat membantah apa yang dikatakan oleh pengacara Mc Veigh pada pengadilan tahun 1997. Namun, Mc Veigh kalah dalam sidang selanjutnya. (Lely Indrawati/Reuter)