TEMPO Interaktif, London -Cina adalah negara paling ketat dalam sensor tapi WikiLeaks dulu berupaya mencoba menembus ke akses terlarang.
Demikian dipaparkan Julian Assange, pendiri situs peniup peluit itu dalam wawancara majala New Statesman yang terbit kemarin, Rabu (12/1).
Bagi Assange Cina adalah musuh utama WikiLeaks secara teknologi, bukan Amerika Serikat. “Cina punya teknologi penyadapan agresif dan canggih yang ditempatkan diantara setiap pembaca di dalam Cina dan setiap sumber informasi di luar Cina,” ucap Assange kepada majalah Inggris tersebut. “Kami telah berjuang dalam pertempuran panjang untuk memastikan kami bisa menggaet terobosan informasi dan kini ada beberapa cara para pembaca Cina bisa mengunjungi situs kami.”
WikiLeaks memicu kemarahan dan kegusaran Washington dengan pembocoran kawat-kawat rahasia diplomatik Amerika Serikat. Para pejabat Amerika sudah meninjau apakah tuntutan-tuntutan kriminal bisa diajukan terhadap Assange sejak WikiLeaks mulai menayangkan seratusan ribu bocoran yang menghebohkan.
Assange membantah lagi bekerja sama dengan Bradley Manning, seorang analis intelijen militer Amerika Serikat yang menjadi tersangka pembocoran dokumen-dokumen.
Selasa lalu, sebuah pengadilan Amerika Serikat memerintahkan situs mikroblog Twitter menyerahkan sejumlah informasi soal Assange dan Manning sebagaimana para pendukung WikiLeaks lainnya. Washington menuduh mantan peretas itu memanfaatkan Manning yang pernah ditangkap satu setengah tahun lalu.
Reuters | dwi arjanto