Jepang tengah menghadapi ancaman penciutan secara demografis. Warga Jepang merupakan salah satu bangsa di dunia yang memiliki masa kehidupan paling lama, tapi negara itu juga punya tingkat kelahiran yang sangat rendah.
Jepang mencatat 1,19 juta kematian sepanjang 2010 — jumlah terbesar sejak 1947 saat pencatatan oleh kementerian kesehatan dimulai. Di pihak lain jumlah kelahiran di negara itu hanya sekitar 1,07 juta.
Akibatnya, Jepang mengalami penurunan populasi sebesar 123 ribu jiwa untuk tahun keempat beruntun. Penyebab utama kematian di negara itu adalah kanker, penyakit jantung, dan stroke.
Warga Jepang berusia 65 atau lebih tua kini mencapai sekitar seperempat dari jumlah populasi di negara itu. Pemerintah Jepang memprediksi bahwa pada tahun 2050, figur itu akan meningkat menjadi 40 persen atau hampir setengahnya.
Seperti di negara-negara maju lainnya, para pemuda di Jepang menunggu lama sebelum memutuskan untuk menikah dan mereka memilih untuk memiliki sedikit anak dengan alasan karier dan gaya hidup.
Laporan Sabtu (1/1) menunjukkan hanya ada 706 ribu pernikahan tercatat di Jepang sepanjang tahun lalu, rekor paling sedikit sejak 1954 dan jumlah itu merupakan petunjuk bahwa tingkat kelahiran tak akan mengalami peningkatan drastis dalam waktu dekat ini.
Menurut kementerian Kesehatan jepang, total populasi di negara itu Oktober lalu tercatat 125,77 juta jiwa.
AP | A. RIJAL