Fayyad mengatakan pengakuan dari beberapa negara akan ‘mengabadikan’ hak warga Palestina untuk memiliki sebuah negara di seluruh Tepi Barat dan Jalur Gaza yang dicaplok Israel sejak perang pada 1967.
Menurut Fayyad, upaya damai selama 17 tahun gagal mewujudkan janji negara Palestina. Komitmen pemerintah koalisi Israel terhadap solusi dua negara dianggap tidak bisa dipegang.
Permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur telah bertambah dua kali lipat sejak Perjanjian Oslo 1993. Perundingan damai secara langsung yang digagas Washington pada September gagal mencapai kesepakatan. Upaya Amerika Serikat untuk menghidupkan perundingan tersebut melalui pihak ketiga juga menemui jalan buntu.
Warga Palestina menolak bernegosiasi dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kecuali permukiman Yahudi di Tepi Barat dibubarkan dan Netanyahu menjelaskan ukuran dan bentuk negara Palestina yang ia setujui. “Itu sangat penting untuk didefinisikan,” ujar Fayyad.
Brasil, Argentina, Bolivia, dan Ekuador mengumumkan mengakui Palestina sebagai negara dalam sebulan terakhir. Cile, Meksiko, Peru, dan Nikaragua kabarnya akan melakukan hal yang sama. Menanggapi itu, Faayad mengatakan, “Hal tersebut merupakan perkembangan yang menyenangkan.”
REUTERS| KODRAT SETIAWAN