Pejabat militer percaya, salah satu helikopter sudah berusaha untuk terbang tinggi menghindari tembakan yang ditujukan ke arahnya. Namun, manuver itu justru menyebabkan helikopter itu bertubrukan dengan Black Hawk lainnya.
Pejabat berwenang tidak melaporkan jatuhnya korban di pihak Irak, hanya saja pejabat militer menyatakan tubrukan itu menyebabkan gedung-gedung terbakar. “Ketika helikopter pertama terbang meninggi untuk menghindari tembakan, kejadian ini menyebabkan baling-baling helikopter kedua ngadat,” kata seorang sumber dari militer kepada CNN.
Dua UH-60 Black Hawk itu bertabrakan sekitar pukul 6.30 waktu setempat di bagian barat kota. Kolonel Willian Darley menyatakan, tentara dari Divisi Airbone 101, polisi Irak dan Dinas Pemadam Kebakaran Irak berada di lokasi kejadian untuk mengamankan lokasi jatuhnya helikopter.
Peristiwa ini menambah deretan panjang tentara Amerika yang telah terbunuh di Irak menjadi sebanyak 422 orang. Sebanyak 283 orang di antaranya tewas justru setelah Presiden AS mengumumkan berakhirnya operasi mereka di sana, 1 Mei 2003 lalu.
Minggu ini, dua divisi tentara Amerika meluncurkan operasi yang bertujuan mengacaukan pemberontakan dan serangan pembunuhan yang dilancarkan Irak. Sabtu lalu, satu orang tentara AS juga terbunuh dan dua orang lainnya terluka saat bom yang diletakkan di tepi jalan mengenai rombongan konvoi tentara AS di Baghdad Utara.
Tentara yang tewas itu merupakan bagian dari Divisi Armored I, yang meluncurkan operasi palu besi minggu ini untuk melawan pengikut setia Saddam Hussein dan pemberontak lainnya di wilayah Baghdad.
Sementara, di sebelah utara Baghdad, Divisi Infanteri ke-4 meluncurkan operasi yang diberi nama “Badai Siklon” ke utara kota itu, dan Divisi Task Force Airbone 82 ditugaskan beroperasi di bagian barat.
Dalam tiga minggu terakhir ini, sudah ada 39 tentara AS yang tewas dalam lima tabrakan helikopter. Dua kecelakaan itu diantaranya terjadi November, akibat diberondong tembakan oleh para pemberontak Irak.
Sebelumnya Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld menyatakan pasukan AS akan tetap berada di Irak hingga demokrasi terwujud di negeri itu, meski penyerahan kekuasaan kepada rakyat Irak telah dilakukan. Penyerahan kekuasaan sendiri sejatinya dilakukan paling cepat dalam dua tahun ke depan.
CNN/Anastasya Andriarti - Tempo News Room