Korea Utara, Jumat kemarin waktu setempat memperingatkan bahwa mereka akan menyerang lebih keras daripada sebelumnya jika Korea Selatan meneruskan latihan perang seperti direncanakan. Empat orang meninggal bulan lalu dalam serangan di utara Pulau Yeonpyeong dekat perbatasan laut kedua negara ini.
Amerika Serikat yang mendukung Korea Selatan, mengatakan, negara itu memiliki hak untuk melakukan latihan militer. Namun, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan "keprihatinannya" pada Jumat kemarin selama berlangsungnya latihan perang, dan mendesak Korea Selatan untuk membatalkan rencana mereka untuk mencegah meningkatnya ketegangan.
Cina, sekutu utama Korea Utara juga mengatakan pihaknya dengan tegas menentang tindakan yang dapat memperburuk ketegangan yang sudah tinggi di Semenanjung Korea. "Dalam hal apa yang bisa mengakibatkan memburuknya situasi atau eskalasi tindakan sabotase perdamaian dan stabilitas regional, Cina secara tegas dan jelas menentang," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Jiang Yu dalam sebuah pernyataan Sabtu.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, Sabtu ini mengatakan bahwa marinir akan tetap latihan sesuai jadwal dan bahwa militer siap untuk menanggapi setiap provokasi yang mungkin terjadi. "Kami memiliki hak untuk melakukan latihan militer kita sendiri," kata Kepala Staf Gabungan. Dia menolak mengomentari keprihatinan Rusia dan Cina.
Sebuah sumber mengatakan, latihan perang itu tidak akan diadakan selama akhir pekan karena cuaca buruk dan akan dilakukan pada Senin atau Selasa. Marinir membawa senapan dilakukan patroli rutin Sabtu pagi di Yeonpyeong, dan tidak ada peringatan bagi warga untuk mengungsi ke tempat penampungan bawah tanah.
Sekitar 300 warga, pejabat dan wartawan tetap di Yeonpyeong, namun para pejabat yang mengatur pulau itu, mengatakan mereka tidak punya rencana untuk melakukan evakuasi.
Beberapa pertempuran kecil berdarah oleh angkatan laut terjadi di sepanjang perbatasan laut barat dalam beberapa tahun terakhir. Namun serangan bulan lalu adalah yang pertama oleh Korea Utara sejak akhir Perang Korea 1950-1953. Korea Utara tidak mengakui perbatasan laut PBB yang ditarik di daerah tersebut.
Korea Utara mengklaim Korea Selatan menembakkan artileri ke arah perairan teritorial, sementara Korea Selatan mengatakan peluncuran senjata tidak diarahkan ke Korea Utara, tapi hanya sebagai bagian dari latihan rutin.
Di Washington, Jurubicara Departemen Luar Negeri PJ Crowley mengatakan hari Jumat bahwa Korea Utara seharusnya tidak melihat bahwa latihan militer itu sebagai ancaman.
"Sebuah negara memiliki hak untuk melatih dan latihan militer dalam pertahanan diri-," kata Crowley. "Korea Utara seharusnya tidak menggunakan latihan sebagai pembenaran untuk melakukan tindakan lebih lanjut yang provokatif."
Namun, Jenderal James Cartwright, wakil ketua Kepala Staf Gabungan, menyuarakan kekhawatiran tentang potensi reaksi berantai jika latihan disalahpahami atau jika Korea Utara bereaksi negatif.
AP | HAYATI MAULANA NUR