Sedikitnya 135 ribu perempuan ambil bagian dalam ajang protes, yang menurut laman Facebook, diorganisasi oleh kelompok kanan Neithers Whores Nor Submissive (NPNS) sebagai bagian dari Hari Internasional untuk Mengenyahkan Kekerasan Terhadap Perempuan.
“Mengenakan rok adalah sebuah aksi militan, dalam kehidupan sehari-hari, di tempat kerja, di jalanan, dan di rumah, karena saat ini di setiap tempat adalah sebuah lokasi yang membahayakan untuk perempuan,” kata Sihem Habchi, yang memimpin NPNS
Habchi menuturkan, NPNS terutama membela hak-hak kaum perempuan di Prancis, termasuk ketegangan di daerah-daerah pinggiran, dimana rok adalah mutlak sebuah simbol perlawanan.
Menurut NPNS, nyatanya cukup menyulitkan buat perempuan muda mengenakan rok pendek di beberapa kawasan pinggiran karena mata kaum pria melotot dan terjadi serangan-serangan yang membuat industri garmen sebuah simbol untuk hak-hak perempuan.
Statistik menunjukkan bahwa pada 2009, sebanyak 654 ribu perempuan Prancis bilang mereka adalah korban kekerasan fisik dan seksual. Jumlah itu meningkat 15 persen sejak 2007.
The Straits Times | dwi a