"Situasi ini suram. Ini adalah seperti kuburan. Dan Anda harus memahami bahwa risiko yang ditimbulkan oleh ledakan sekunder adalah nyata," kata Gary Knowles, inspektur Kepolisian Distrik Tasman kepada wartawan hari ini. Saat ini tim sedang mempersiapkan untuk penyelamatan (dengan robot), katanya.
Tak seorang pun dari orang-orang itu -berusia 17-62 tahun- sejak ledakan pada Jum'at pekan lalu bersuara. Para pekerja mencoba mengebor sebuah lubang ke bawah hingga ke tambang untuk mengontak mereka, tapi sebuah ledakan yang potensial mencampurkan gas-gas ke dalam telah mencegah regu penyelamat segera masuk.
Pagi tadi, polisi menyebut robot pertama yang dioperasikan militer dikirim untuk mencari tanda-tanda kehidupan dalam tambang yarng rusak di kedalaman sekitar 550 meter (1.800 kaki) di dalam terowongan. Robot militer Selandia Baru yang kedua telah tiba, ujar Knowles dan negoisasi untuk mendapatkan tambahan robot dari Amerika Serikat dan Australia tengah dilakukan.
CNN | ABC | dwi arjanto