Dalam wawancara dengan koran Independent Inggris, Murat Karayilan, mengatakan semestinya penguasa Turki mencari solusi damai, bukan operasi militer.
"Kami akan menunggu hingga 15 hari," ujar Karayilan dari tempat persembunyiannya di Irak utara, basis kelompok ini berada.
"Jika ada perkembangan positif, kami akan melanjutkan gencatan senjata. Sebaliknya, bila tak ada langkah kongkrit, kami akan mengevaluasi, selanjutnya melakukan apa yang harus kami lakukan demi mempertahankan diri kami."
Lebih dari 40 ribu masyarakat, sebagian besar suku Kurdi, tewas sejak PKK angkat senjata melawan Turki pada 1984 untuk memperjuangkan kemerdekaan. Para pemberontak mengatakan, mereka sekarang menginginkan hak-hak lebih besar dan otonomi dari pemerintah Turki bagi warga Kurdi yang diperkirakan mencapai 15 juta.
Pada 13 Agustus, PKK medeklarasikan gencatan senjata selama sebulan, kemudian sejak 30 September periode damai dilanjutkan. Namun kendati gencatan senjata sedang berlangsung, terjadi bentrok senjata antara pemberontak PKK dengan militer pemerintah di Turki selatan.
Karayilan mengatakan kepada koran tersebut, pemerintah Turki memanfaatkan masa gencatan senjata untuk "mengepung dan merusak" kelompoknya.
"Jika serangan berlangsung, seluruh rakyat Kurdi akan ambil bagian untuk mempertahankan diri," kata Karayilan. "Kali ini pertempuran bukan antara negara Turki dengan PKK, melainkan antara negara Turki dengan rakyat Kurdi."
Amerika Serikat dan Uni Eropa, seperti Turki menggolongkan PKK sebagai sebuah organisasi teroris.
REUTERS | CHOIRUL