Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perempuan Mauritania Melawan Tradisi Gemuk

image-gnews
REUTERS/Finbarr O'Reilly
REUTERS/Finbarr O'Reilly
Iklan
TEMPO Interaktif, Nouakchott -Di Mauritania perempuan cantik adalah perempuan yang bertubuh gemuk. Selain cantik, perempuan bertubuh gendut di negara Afrika itu juga menggambarkan kemakmuran, secara sosial mereka juga lebih diterima ketimbang perempuan langsing.

Bila perempuan memiliki tubuh terlalu kurus, maka keluarganya akan memaksa mereka untuk makan, tradisi ini dikenal dengan nama Leblouh.Perempuan muda Mauritania kini berusaha menentang tradisi itu.

Salah satu perempuan yang menentang tradisi itu adalah Mariam Mint Ahmed, 25 tahun. "Sebagai generasi muda sudah saatnya kita mengakhiri tradisi yang membahayakan kehidupan kita," kata Mint Ahmed yang menikah dengan seorang pedagan dan tinggal di ibu kota Mauritania, Nouakchott.

Menurut dia banyak gadis di Mauritanis dipaksa untuk makan supaya gemuk dan bisa menikah. "Banyak dari mereka yang sakit, mereka menderita darah tinggi dan penyakit jantung," ujar Mint Ahmed.

Sambil meneteskan air mata, Mint Ahmed merasakan betapa menderitanya perempuan muda Mauritania yang dipaksa untuk makan dalam jumlah besar. "Mereka juga dipaksa meminum bergelas-gelas susu kambing atau sapi," ujarnya.

Mint Ahmed yang memiliki satu putra, tumbuh dewasa di kota Kiffa. Dia menceritakan bila para perempuan yang dipaksa gemuk ini tidak menghabiskan makanannya maka akan dihukum. Salah satu metode hukumannya, mengikat kaki sang gadis dengan tongkat. Bila tidak makan tongkat itu akan dialiri listrik.

Sedangkan Salekeha Mint Sidi mengaku mulai dipaksa untuk menggemukkan badan oleh ibunya ketika umur 13 tahun. "Dia terus menyuruhku makan daging kambing, bila aku bilang perutku akan meledak dia akan memukulku," ujarnya.

Mint Sidi menikah tahun lalu, dia memiliki seorang anak perempuan. Namun dia berjanji tidak akan melakukan hal serupa kepada anaknya apapun yang alasannya.

Para perempuan ini bukanlah kelompok yang ingin melarang leblouh, tapi mereka ingin membuka mata masyarakat Muritania bahwa tradisi tersebut sangat berisiko. Namun tidak dipungkiri Leblouh masih banyak diterapkan terutama di daerah pedesaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Secara personal, saya percaya menggemukan anak perempuan lebih dari kebutuhan. Tubuh langsing membuat malu keluarga dan suku. Mereka juga sulit menarik perhatian laki-laki," kata Achetou Mint Taleb. "Saya punya dua anak perempuan dan saya gemukkan mereka sejak 10 tahun, kini mereka telah menikah, saya bangga dengan apa yang saya lakukan," ujarnya.

Mar Jubero Capdefero, kepala program gender PBB di Mauritania mengatakan bila perempuan gemuk maka dia diberi makan oleh keluarganya, mereka tidak miskin. "Ini menjadi standar kecantikan, semakin gemuk maka semakin cantik," katanya.

Menurut Capdefero, saat ini tradisi Leblouh mulai ditinggalkan oleh generasi muda terutama mereka yang tinggal di kota. Tapi dia mengakui masih ada yang mempratekkan tradisi ini dan semakin membahayakan. "Sebelumnya mereka menggunakan susu, sekarang mereka menggemukkan dengan bahan kimi yang biasa dipakai menggemukkan hewan," ujarnya.

CNN I POERNOMO GR



Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan

42 hari lalu

Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan

Sejumlah gagasan yang disampaikan Puan diadopsi pada joint statement di KTT Ketua Parlemen Perempuan.


International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

43 hari lalu

Salah satu turunan tuntutan utama aksi International Women's Day Jogja 2024 berupa akses pendampingan bagi korban kekerasan difabel, pada Jumat 8 Maret 2024. TEMPO/Rachel Farahdiba R
International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

Peringatan International Women's Day Jogja 2024, Ketua Divisi Aksi dan Propaganda Srikandi UGM sebut mengusung tema "Mari Kak Rebut Kembali!"


6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan

8 Desember 2023

Melakukan solo traveling untuk perempuan kini bukanlah hal yang mustahil. Berikut ini rekomendasi negara yang aman untuk solo traveling perempuan. Foto: Flickr
6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan

Melakukan solo traveling untuk perempuan kini bukanlah hal yang mustahil. Berikut ini rekomendasi negara yang aman untuk solo traveling perempuan.


Nasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT

25 November 2023

Nasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT

Kisah Juliana soal perempuan dan perjuangan atas hak-haknya.


Indonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi

11 Oktober 2023

Audiens mendengarkan pidato Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat sesi tahunan Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss pada Senin, 27 Februari 2023. Dok: Kementerian Luar Negeri
Indonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi

Indonesia kembali terpilih menjadi anggota Dewan HAM PBB periode 2023 - 2026 dengan perolehan suara tertinggi sepanjang sejarah pencalonannya.


Aktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita

7 Oktober 2023

Suporter Iran membentangkan poster  bertuliskan
Aktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita

Penganugerahan Nobel Perdamaian kepada aktivis yang dipenjara, Narges Mohammadi, telah meningkatkan pengawasan terhadap hak-hak perempuan di Iran.


Narges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023

6 Oktober 2023

Aktivis hak asasi manusia Iran dan wakil presiden Pusat Pembela Hak Asasi Manusia (DHRC) Narges Mohammadi. Mohammadi family archive photos/Handout via REUTERS
Narges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023

Narges Mohammadi, aktivis hak perempuan asal Iran yang kini masih dipenjara, memenangkan Penghargaan Nobel Perdamaian 2023.


Marak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup

5 Oktober 2023

Gambar calon presiden Argentina Sergio Massa, Patricia Bullrich, Horacio Rodriguez Larreta, dan calon presiden Javier Milei, di Buenos Aires, Argentina, Juli 2023. REUTERS/Agustin Marcarian dan Matias Baglietto/File Foto
Marak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup

Pilpres yang sedang berlangsung di Argentina menyoroti debat tentang hak perempuan dan akses aborsi.


7 Film Inspiratif tentang Kesetaraan Gender, He Named Me Malala Salah Satunya

16 Juni 2023

Peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai, mengumumkan pernikahannya di media sosial, Selasa, 9 November 2021. dengan pria yang hanya disebut bernama Asser di kota Birmingham, Inggris, dan merayakannya di rumah bersama keluarga mereka. Foto/Malin Fezehai/bbc.com
7 Film Inspiratif tentang Kesetaraan Gender, He Named Me Malala Salah Satunya

Kesetaraan gender adalah isu yang terus diperjuangkan di seluruh dunia. Film memiliki kekuatan untuk mengangkat isu-isu sosial ini. Apa saja?


KPU dan Komnas Perempuan Niat Hadirkan Pemilu 2024 yang Ramah Perempuan dan Inklusif

2 Juni 2023

Simulasi Pemilu 2019 dengan tema
KPU dan Komnas Perempuan Niat Hadirkan Pemilu 2024 yang Ramah Perempuan dan Inklusif

KPU dan Komnas perempuan bertemu untuk bicarakan Pemilu 2024 yang ramah perempuan dan inklusif. Apa maksudnya?