PBB mengatakan, Letnan Kolonel Mayele pimpinan pemberontak di Mai Mai Cheka ditangkap dalam operasi gabungan di Provinsi Kivu Utara.
Sejak Juli hingga Agustus, sebanyak 300-500 perempuan menjadi korban perkosaan di Kongo timur. Pelaku kejahatan tersebut diduga adalah para pemberontak. Juru bicara PBB menyebutkan, Letnan Kolonel Mayele, kini ditahan di Provinsi Walikale kawasan yang dikuasai oleh militer Kongo.
Baca Juga:
Menanggapi penangkapan Mayele, jelas pejabat PBB, untuk sementara kepemimpinan milisi di Mai Mai diambil alih oleh seorang deputi dari kelompok Cheka.
Penangkapan gembong perkosaan itu disambut baik oleh perwakilan PBB Margot Wallstrom yang beberapa kali mengunjungi para korban. Menurutnya, operasi itu "Kemenangan untuk keadilan."
Dalam laporannya, PBB menyebutkan pada periode Juli-Agustus, lembaganya telah menemukan bukti telah terjadi perkosaan yang menimpa 300-an orang terdiri dari kaum perempuan dan anak-anak di sekitar Luvungi, kawasan Walikale, berkali-kali selama empat hari. Kebiadaban tersebut dilakukan oleh 200 angkatan bersenjata pemberontak.
Sementara itu, ada 214 kasus perkosaan yang belum terkonfirmasi masih dalam penyelidikan di Kongo timur. Laporan tersebut juga menyatakan lebih dari 1000 rumah dan tempat usaha dihancurkan.
Menurut pengakuan korban perkosaan saat diwawancarai, mereka percaya penyerangan itu ditujukan untuk mengintimidasi penduduk lokal karena diangap telah mendukung pemerintah.
Selama ini, pasukan PBB tak cukup mampu melindungi para korban karena peristiwa tersebut terjadi di kawasan yang jauh dari pangkalan pasukan perdamaian.
Seorang dokter dari Korp Kesehatan Internasional, Dr Cris Baguma, mengatakan para pemberontak mendatangi korban secara baik-baik, selanjutnya usai mendapatkan makanan dari korban mereka melakukan perkosaan.
"Sejumlah suami menyaksikan bagaimana istrinya diperkosa di depan matanya. Demikian juga anak-anak melihat ibunya diperkosa ramai-ramai. Kini, seluruh warga desa mengalami trauma," katanya kepada kantor berita Reuters.
BBC | CHOIRUL