Kantor Kejaksaan Agung mengatakan, lembaganya memutuskan menyelidiki kasus kriminal terhadap kematian lima wartawan yang terjadi pada 2001 hingga 2005 usai menerima informasi baru dari Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) yang bermarkas di New York.
Menurut catatan CPJ, Rusia adalah negara ke delapan paling berbahaya bagi tugas-tugas jurnalistik, sementara pemerintah menutup kasus kriminal terhadap tewasnya 19 jurnalis di negara itu sejak 2000.
Presiden Dmitry Medvedev berjanji memberikan dukungan terhadap pembukaan kembali kasus pembunuhan pekerja pers, termasuk penghilangan nyawa Anna Politkovskaya pada 2006 karena mengiritik Kremlin. Namun kelompok hak asasi manusia mengatakan perkembangan terhadap kasus tersebut tak berarti.
Komite Investigasi Kejaksaan Agung mengatakan dalam sebuah pernyataan, lembaganya akan membuka kembali pembunuhan lima jurnalis berikut penusukan terhadap Alexei Sidorov pada 2003 karena membongkar kasus korupsi untuk sebuah koran independen di kota Togliatti serta kematian rekannya Valery Ivanov setahun sebelumnya.
Penyelidikan juga dilakukan pada kasus penembakan Eduard Markevich pada 2001 didekat kota Asbest, kematian natalia Skyrl di tagarog (2002) serta Vagif Kochetkov di Tula (2005).
Baca Juga:
Medvedev, dalam kasus ini, dianggap lebih vokal dibandingkan dengan pendhulunya Vladimir Putin. Dia, pekan lalu, menyatakan dukungannya terhadap Komite Investigasi Kejaksaan Agung membongkar seluruh kasus pembunuhan jurnalis.
"Komite Investigasi jelas paham atas peran media sebagai elemen penting dalam pembangunan sebuah masyarakat demokratis," ujar Komite Investigasi dalam pernyataan.
Valery Ivanov, pemimpin redaksi koran independen Togliatti Observer, ditemukan tewas dengan luka tembak di sekujur tubuhnya pada April 2002. Pembunuhan itu diduga akibat pemberitaan koran yang dipimpinnya membongkar kasus korupsi yang terjadi di Togliatti, kota berjarak 800 kilometer timur laut Moskow.
REUTERS | BBC | CHOIRUL