''Kita harus mengakhiri kesan bahwa Kuba adalah satu-satunya negara di dunia tempat orang bisa hidup tanpa bekerja,'' kata Presiden Raul Castro. Menurut dia, perekonomian Kuba yang dijalankan pemerintah dirundung krisis parah dalam dua tahun terakhir. Salah satu akibatnya, pemerintah terpaksa mengurangi impor. Harga produk ekspor utama Kuba, nikel, merosot.
"Model ekonomi Kuba tidak lagi cocok," kata bekas pemimpin Kuba, Fidel Castro, abang Raul. Karena itu, dia membantah anggapan bahwa pemerintah bermaksud lepas tangan dengan melakukan PHK massal ini. "Justru sebaliknya, pemerintah ingin merelokasi lebih dari satu juta karyawan negara." Karena itu, kata dia, swasta kini tak lagi akan diawasi secara ketat.
Baca Juga:
Pusat Pekerja Kuba mencatat, ada sekitar 4,9 juta tenaga kerja dari 11,2 juta jiwa penduduknya, di mana negara mengontrol 95 persen perekonomian. Selama bertahun-tahun pemerintah memberikan 60 persen gaji para karyawan yang dipecat selama mereka menunggu penempatan kerja baru.
Namun, menurut Pusat Pekerja Kuba, kebijakan memberikan 60 persen gaji itu tidak lagi memungkinkan. ''Negara kita tidak sanggup, dan hendaknya tidak memelihara perusahaan, badan produksi, sektor jasa, dan sektor yang menelan anggaran dengan ongkos dan kerugian yang membebani ekonomi,'' demikian dikatakan lembaga itu.
Hanya sebagian kecil warga Kuba bekerja mandiri, misalnya sebagai penata rambut dan pengemudi taksi, atau mengelola restoran keluarga berskala kecil. Kalangan analis mengatakan, rencana ini merupakan perubahan terbesar di sektor swasta sejak revolusi pada 1959. Pertumbuhan ekonomi Kuba juga terhambat oleh embargo yang diterapkan oleh tetangganya, Amerika Serikat, selama 48 tahun terakhir.
| ABC | CSM | ANDREE PRIYANTO