TEMPO Interaktif, Havana: Untuk pertama kali, setelah empat tahun, mantan penguasa Kuba Fidel Castro tampil dengan pakaian kebesarannya: kemeja hijau dan topi militer. Dia muncul di Universitas Havana untuk berpidato, setelah sebelelumnya terserang penyakit yang kemudian memaksa dia mundur dari kursi presiden.
Seperti biasa, Castro, 84 tahun, mengkritik kebijakan politik yang diterapkan musuh bebuyutannya, Amerika Serikat. Menurut dia, perang nuklir tidak akan terhindarkan jika AS, bersama sekutunya Israel, terus memaksakan sanksi internasional atas program nuklir Iran. "Sistem ini mengancam kelangsungan hidup manusia," ujarnya, Sabtu (4/9).
Dia mengajak semua negara untuk melawan AS guna mencegah tragedi perang nuklir. "Seperti perjuangan-perjuangan sebelumnya, ada kemungkinan bisa menang," kata Castro
Castro berbicara di podium yang sama seperti 50 tahun lalu, saat dia membakar semangat mahasiswa Havana untuk ikut dalam revolusi mendirikan negara komunis di perairan Karibia itu. Sebanyak 10 ribu hadirin, kebanyakan mahasiswa, mengelu-elukan sang komandan. Namun, tidak seperti pidatonya saat masih menjabat presiden yang bisa berjam-jam, pidato kali ini hanya berlangsung 40 menit.
"Ini adalah aksi historis," ujar Jose Gonzalez, mahasiswa ekonomi Universitas Havana. Menurutnya, penampilan dan pidato Castro ini mengindikasikan dia akan kembali ke panggung politik. Bagi warga Kuba, Castro seperti lambang negara. "Penampilannya menunjukan ke AS bahwa dia masih berdiri tegak," kata Eileen Mendoza, mahasiswa kedokteran gigi.
Castro lengser akibat sakit pada Juli 2006. Sejak itu kepemimpinan dijalankan oleh adiknya, Raul Castro, 79 tahun.
TELEGRAPH | REZA M