TEMPO Interaktif, Pemimpin Israel dan Palestina setuju mengadakan serangkaian pembicaraan pada hari Kamis (2/9), untuk membentuk kerangka kerja kesepakatan damai yang didukung Amerika Serikat. Dalam setahun mereka ingin mengakhiri konflik yang telah memanas selama enam dasawarsa
Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, yang menjadi tuan rumah sesi pertama pembicaraan antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yakin perundigan ini sukses. Meski banyak orang yang ragu dan skeptis akan gagal.
Presiden Barack Obama, yang berambisi menyelesaikan sengketa panjang ini telah menetapkan tujuan untuk menarik kesepakatan dalam waktu 12 bulan. Dalam setahun nantikan akan tercipta sebuah negara Palestina yang merdeka yang damai, berdampingan dengan negara Yahudi.
"Ini tidak akan mudah," kata Netanyahu. "Sebuah kedamaian sejati, perdamaian abadi, akan dicapai hanya dengan konsesi bersama dan menyakitkan dari kedua belah pihak."
Meskipun sikap pesimis dan skeptis berkembang luas, Netanyahu dan Abbas setuju untuk bertemu lagi pada 14-15 September yang juga akan dihadiri oleh Clinton. Para diplomat mengatakan pertemuan itu akan berlangsung di Mesir bersama Yordania yang merupakan salah satu pendukung utama perdamaian ini.
Menurut utusan perdamaian Amerika Serikat untuk Timur Tengah George Mitchell, kedua belah pihak sepakat untuk bertemu setiap dua minggu sesudahnya. Perjanjian untuk melanjutkan pembicaraan tersebut menandai langkah ke depan, meskipun sengketa permukiman Yahudi di wilayah Tepi Barat bisa menghentikan kemajuan ini.
"Kami yakin bahwa jika Anda bergerak maju dengan itikad baik dan tidak bimbang dalam komitmen masalah ini selesai," kata Clinton kepada Netanyahu dan Abbas saat pembicaraan dimulai. "Anda memiliki kesempatan untuk mengakhiri konflik dan permusuhan yang telah terjadi selama ini.”
Kedua pemimpin yang berjabat tangan setelah memulai pembicaraan formal di ruang tamu Departemen Luar Negeri, menandai dimulainya kembali dialog yang berhenti sejak 2008.
Baik Netanyahu dan Abbas telah mengatakan mereka menginginkan sebuah solusi "dua-negara." Tapi keduanya tertatih-tatih dengan tantangan politik dalam negeri, dan mempertanyakan prospek kesepakatan final.
Abbas kembali menyerukan Israel untuk mengakhiri blokade Jalur Gaza dan menghentikan aktivitas pemukiman. Tapi ia juga mengatakan Palestina membutuhkan keamanan, tuntutan utama Israel diperkuat oleh penembakan minggu ini di Tepi Barat.
"Kami ingin menyatakan komitmen kami untuk mengikuti semua kesepakatan kami, termasuk keamanan dan mengakhiri hasutan," kata Abbas.
Kelompok Islam garis keras Palestina Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, menolak pembicaraan damai dan menyatakan akan terus menyerang Israel. Empat warga Israel tewas dan dua luka-luka dalam dua serangan terpisah di Tepi Barat yang diduduki minggu ini.
Juru bicara Hamas, yang mengontrol Jalur Gaza mengatakan sekitar 13 kelompok militan telah bergabung untuk memulai "serangan yang lebih efektif" terhadap Israel. Ketika ditanya apakah ini termasuk pemboman bunuh diri, ia berkata: "Semua pilihan terbuka”
Kelompok pemukim Yahudi, sementara itu, berjanji untuk berpacu dengan konstruksi baru di wilayah yang diduduki di Tepi Barat dan mengancam untuk menggagalkan perundingan.
REUTERS I MARIA C I PGR