TEMPO Interaktif, Kota Gaza - Saling serang antara Hamas dan Israel kembali terjadi. Kekerasan mulai meletup setelah pekan lalu salah satu komandan militer Hamas di Kota Gaza tewas akibat serangan udara negara Zionis itu.
Hamas, yang berkuasa penuh di Gaza sejak tiga tahun lalu, membalas. Kemarin, lima roket ditembakkan dari Gurun Sinai. Empat jatuh di kota pelabuhan Aqaba, Yordania, dan sisanya mendarat di kota wisata Pantai Eilat, wilayah selatan Israel.
Meski ketegangan kian meningkat, Wakil Menteri Luar Negeri Hamas Ahmad Yusuf, 60 tahun, membantah kabar bahwa perkembangan terbaru itu akan menjadi perang besar seperti awal tahun lalu. Ia menuding serangan udara negara Yahudi itu hanya untuk mengalihkan perhatian masyarakat internasional berkaitan dengan tekanan untuk mencabut blokade dan tuduhan pelanggaran hak asasi dalam insiden Mavi Marmara pada akhir Mei lalu.
Berikut ini penuturan lelaki kelahiran Kota Gaza ini kepada Faisal Assegaf dari Tempo saat dihubungi melalui telepon selulernya.
Apa komentar Anda soal saling serang antara Hamas dan Fatah saat ini?
Itu merupakan upaya Israel mengalihkan perhatian masyarakat internasional mengenai tekanan yang mereka alami berkaitan dengan blokade Gaza dan pelanggaran hak asasi manusia dalam insiden Mavi Marmara.
Apakah konflik baru ini menjurus ke arah perang?
Saya pikir itu tidak akan terjadi. Ini cuma akal-akalan Israel untuk mengalihkan fokus dunia mengenai blokade dan kejahatan kemanusiaan yang mereka lakukan.
Tapi Hamas bersumpah membalas tiap serangan Israel?
Masalah balas dendam atau tidak kami yang memutuskan kapan, di mana, dan bagaimana kami membalas.
Menurut Anda, taktik Israel mengalihkan perhatian dunia bisa berhasil?
Kami berharap masyarakat internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa, segera melakukan sesuatu agar penderitaan rakyat Palestina dapat berakhir.
Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman menyarankan Uni Eropa mengambil tanggung jawab atas Gaza. Komentar Anda?
Saya yakin ide ini tidak akan diterima pihak mana pun, termasuk oleh Uni Eropa. Israel, yang telah menjajah kami, harus bertanggung jawab atas Gaza.
Bagaimana sikap Hamas soal keputusan Liga Arab yang mendesak perundingan langsung Palestina-Israel?
Kami menolak keputusan Liga Arab itu karena dialog langsung tidak akan mencapai kesepakatan.
Menurut Anda, Indonesia cocok menjadi penengah antara Hamas-Fatah?
Kami menyambut baik negara muslim mana saja yang berusaha membantu mendamaikan Hamas dan Fatah, termasuk Indonesia.
Faisal Assegaf