Coronel, seorang anggota senior kartel Sinaloa, meregang nyawa akibat peluru tajam angkatan bersenjata Meksiko dalam drama adu tembak di kawasan elite dekat Guadalajara sebelah barat Meksiko.
"Nacho Coronel mencoba melarikan diri dan melukai personil militer, namun berhasil dilumpuhkan," kata Edgar Villegas, pejabat militer senior dalam jumpa pers di Mexico City.
Coronel dikenal sebagai "Raja Es" untuk bisnis methamphetamine sekaligus sebagai multimiliarder, serta pemimpin tertinggi Sinaloa organisasi kartel narkoba pimpinan Jaquin "Shorty" Guszman, pria buronan aparat keamanan Meksiko.
Dia didakwa pengadilan Texas karena menyeludupkan berton-ton narkoba ke Amerika Serikat dan Eropa sejak awal 1990. Bahkan Amerika Serikat menyediakan hadiah Rp 45 miliar bagi siapapun yang memberikan informasi tentang keberadaannya.
Siaran televisi menunjukkan heliopter terbang di atas jalan-jalan sepi di kawasan Zapopan sebagaimana sejumlah tentara mencari keberadaan Coronel.
Tewasnya gembong narkoba yang paling dicari, berhasil memperkuat posisi Calderon sebagai presiden yang pernah menjanjikan menumpas para bandar kakap narkoba dalam kampanye pemilihan presiden 2006.
Lebih dari 26 ribu orang tewas akibat kekerasan yang ditimbulklan oleh perdagangan obat bius selama kurang lebih 2-3 tahun. Keberadaan kartel di Meksiko sangat mengkhawatirkan pemerintahan Presiden Barack Obama, investor, dan wisatawan asing.
Desember tahun lalu, pasukan keamanan Meksiko juga menembak mati raja narkoba Arturo Beltran Leyva dalam usaha memerangi kelompok bandit obat terlarang.
REUTERS | CHOIRUL