Cameron, yang memang dikenal anti-Israel, menegaskan, negaranya sudah lama mendukung pencabutan blokade dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. "Gaza tidak dapat dan tidak harus dibiarkan tetap seperti sebuah kamp penjara," katanya saat berpidato di hadapan pengusaha Turki, didampingi Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan di Ibu Kota Ankara, Turki.
Israel telah mengisolasi wilayah berpenduduk sekitar 1,5 juta itu selama tiga tahun. Kebijakan tersebut diambil lantaran Hamas menguasai Gaza setelah pemerintahan bersama dengan Fatah bubar pada pertengahan Juni 2007. Alhasil, krisis kemanusiaan muncul karena pasokan keperluan hidup sangat menipis.
Desakan mencabut blokade meledak lagi setelah pasukan komando Negara Yahudi menyerang kapal Mavi Marmara yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza. Insiden itu menewaskan sembilan relawan, delapan asal Turki dan satu warga Amerika Serikat.
Reaksi langsung muncul dari Duta Besar Israel untuk Inggris Ron Prosor. Ia menyebut Hamas-lah yang mesti bertanggung jawab atas penderitaan penduduk Gaza. "Situasi di Gaza adalah akibat langsung dari pemerintahan Hamas," ia menegaskan.
Prosor juga memunculkan isu Gilad Shalit, tentara Israel yang ditawan Hamas sejak empat tahun lalu. Serdadu berpangkat kopral itu belum pernah sekalipun dikunjungi oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Ia menyatakan masalah ini juga menjadi keprihatinan Cameron.
Komentar keras Cameron itu keluar di negara yang pernah bermesraan dengan Israel. Hubungan Turki dan Negara Bintang Daud memburuk karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak meminta maaf atas kasus Mavi Marmara dan tidak mau membayar kompensasi kepada keluarga korban.
BBC | CNN | Mirror | Faisal Assegaf