Prosedur tersebut merupakan bagian dari “US-VISIT”, United States Visitor and Immigrant Status Indicator Technologi, teknologi perekam dan pelacakan status para pendatang dan imigran ke AS. Peralatan sistem pelacakan canggih ini akan dipasang di pintu masuk maupun keluar AS dan akan diterapkan di 115 bandara udara dan 14 pelabuhan laut besar, awal 2004. Penerapannya akan dilakukan sepanjang 2005 dan 2006.Pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri bagian Pengamanan Perbatasan dan Transportasi, Asa Hutchinson menyebut sistem “US-VISIT” sebagai “langkah yang paling dramatis dalam peningkatan pengamanan sepanjang sejarah imigrasi modern”. Menurut Hutchinson, tujuan “US-VISIT” adalah untuk meningkatkan keamanan di dalam AS, dengan tetap melindungi pihak-pihak yang bepergian dan berdagang di AS secara benar dan sah. Program pengamanan tersebut mampu memverifikasi identitas warga asing yang masuk AS, sekaligus mencatat yang masuk dan keluar wilayah AS.
“Ini untuk pertama kalinya kita memiliki sistem yang komperhensif yang mampu melakukan konfirmasi langsung identitas pengungjung AS secara biometri (dengan identitas sidik jari dan wajah). Ini memberikan kemampuan pengamanan yang luar biasa,” kata Hutchinson dalam sebuah jumpa pers pada 28 Oktober 2003, waktu setempat.
Lalu, apakah program yang diterapkan justru tidak akan makan banyak waktu dan membingungkan selama proses keluar-masuk gerbang AS? Direktur program US VISIT, James Williams, ”Yang sekarang Anda bisa lihat justru sebaliknya (proses yang lama dan membingungkan). Anda akan dapatkan program yang efektif, sederhana, cepat dan penuh rasa hormat bagi pengunjung.”
Menurut Williams, program “US-VISIT” memenuhi empat tujuan, yaitu meningkatkan keamanan bagi warga AS dan pendatang, memudahkan perjalanan dan perdagangan pengunjung yang benar dan sah, memperkuat integritas sistem imigrasi, dan sekaligus menjadi pengamanan dan menghormati privasi pengunjung.”Prosesnya akan sangat singkat , hanya beberepa detik saja dan tidak akan ada prosedur tambahan bagi pengunjung,” kata Williams.
Hutchinson menambahkan bahwa data yang didapatkan dari para pengunjung ke AS, disimpan dengan aman sebagai bagian dari catatan perjalanan para pendatang. Informasi tersebut hanya dapat dilihat oleh pejabat berwenang dan aparat keamanan yang ditunjuk untuk bertanggungjawab keamanan dan pengamanan warga AS dan pengunjung.
Masih menurut Hutchinson, beberapa prosedur masuk dan keluar wilayah AS tetap tidak berubah di bawah program “US-VISIT”. Ketika masuk wilayah AS misalnya, petugas bagian imigrasi tetap akan meneliti dokumen perjalanan seperti visa dan paspor, serta menanyakan maksud kunjungan ke AS. Tapi, ketika petugas memindai data-data tersebut secara elektronik maka foto dan data biografi yang direkam saat wawancara aplikasi visa, dengan serta merta muncul di layar komputer petugas. Pendatang yang bersangkutan kemudian diminta dua jari di atas sebuah tatakan kaca, yang secara elektronis merekam sidik jari. Nah, rekaman sidik jari itu akan masuk ke dalam data komputer, agar petugas dapat konfirmasi bahwa pendatang yang bersangkutan memang berhak masuk AS. Satu langkah lagi, yaitu pendatang diminta melihat ke kamera digital untuk diambil foto wajahnya. Bersama dengan sidik jari, foto wajah tersebut diproses.
Saat keluar AS prosedurnya akan lebih mudah lagi. Dalam program “US-VISIT”, para pengunjung ke AS akan melihat sebuah kios swalayan otomatis di area keberangkatan internasional. Di tempat itulah mereka bisa memindai dokumen perjalanan mereka secara elektronik dan mencetakkan sendiri dua jari di atas tatakan kaca –mengulangi prosedur ketika masuk ke wilayah AS--. Proses ini akan menjadi rujukan bagi imigrasi AS, bahwa pengunjung tertentu telah keluar dari AS. Konfirmasi tersebut akan ditambahkan ke dokumen perjalanan pengunjung sebagai data untuk kunjungan berikutnya.
“Semua prosedur masuk dan keluar ini sesuai dengan kebutuhan kita terhadap pengamanan yang lebih ketat dan menjadi komitmen kita mempermudah pengunjung yang benar dan sah dengan tujuan belajar, berbisnis, mengujungi keluarga, maupun menjadi turis,” kata Hutchinson.
“AS ingin mempertahankan diri sebagai negara yang ramah,” katanya. Menurut brosur Departemen Keamanan Dalam Negeri – departemen baru yang dibakukan Presiden George W. Bush sebagai reaksi dari serangan 11 September 2001-- tentang “US-VISIT” disebutkan, “AS masih merupakan negara yang menghargai keberagaman dan yang menerima masyarakat dari berbagai penjuru dunia. Kami hanya ingin –seperti juga yang dilakukan negara-negara lain-- terirtori negara kami aman, tapi juga tetap menjaga kebebasan pertukaran ide, bisnis tetap berkembang, dan memperkaya makna hidup bagi umat manusia di dunia”.
Washington File Staff Writer/Bina - Tempo News Room