Seperti dikutip Kantor Berita Yonhap, robot yang berharga Rp 3 miliar per unit itu ditempatkan di pos sentral Zona Demiliterisasi. Seorang pejabat militer yang menolak disebutkan namanya, robot-robot lain akan menyusul disebar di sepanjang perbatasan jika dua perintis ini sukses.
"Robot ini menggunakan sensor panas tubuh dan gerakan untuk mengirim peringatan ke pusat komando," tulis Yonhap. Jika markas tidak dapat mengidentifikasi penyusup lewat kiriman audio dan video dari si robot, operator dapat memerintahkan robot menembakan senjata atau pelontar granat.
Saat ini, Korea Selatan juga mengembangkan robot bersenjata yang bisa menggantikan tentara di medan perang. Kebijakan ini ditempuh karena minimnya tentara di Negeri Gingseng. Korea Selatan hanya diperkuat 655 ribu tentara. Kalah jauh dari saudara sekaligus sumber ancaman mereka, Korea Utara, yang memiliki 1,2 juta pasukan. Selisihnya bisa semakin besar di masa mendatang karena angka kelahiran di Korea Selatan terus turun.
TELEGRAPH | REZA M