Heila al-Qusayyer, seorang ibu dari kalangan ekonomi menengah, dikabarkan menjadi pemimpin sebuah sel militan yang diduga beranggotakan 60 orang. Al-Qusayyer disebut sebagai Ibu Negara al-Qaidah dan diduga menjadi salah satu pengumpul dana utama untuk al-Qaidah di semenanjung Arab.
Qusayyer mengantongi gelar di bidang geografi dan menikahi seorang mantan eksekutif perusahaan minyak milik negara, Aramco. Suami Qusayyer meninggalkan pekerjaannya di perusahaan tersebut untuk menjadi penyebar paham radikal.
Para pejabat antiterorisme di Arab Saudi menduga anak-anak muda menjadi agen Islam radikal. Sejak itu, pihak keamanan Arab Saudi membentuk unit khusus wanita di King Saud University untuk mempelajari daya tarik Islam garis keras terhadap wanita dan bagaimana menanggulanginya.
“Cerita mengenai wanita ini, yang terlibat mengumpulkan dana untuk al-Qaidah, menjadi peringatan bagi kami,” ujar Jenderal Mansur al-Turki dari Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi kepada Daily Telegraph, Sabtu (26/6).
Pemerintah Arab Saudi sebelumnya pernah menangkan sejumlah wanita yang diduga terkait dengan terorisme seperti persiapan pengeboman dan lain-lain. Akan tetapi, mereka akhirnya dipulangkan ke rumah mereka masing-masing.
Pendekatan Arab Saudi terhadap para tersangka kini lebih keras setelah Wakil Pemimpin al-Qaidah wilayah Semenanjung Arab, Saeed al-Shehri, ditangkap. Sebelumnya, pemerintah Arab Saudi hanya menempatkan para tersangka teroris ke sebuah program rehabilitasi dengan penekanan ke pendidikan dan psikologi.
Shehri, mantan tahanan Guantanamo Bay yang kembali ke Arab Saudi dan menuju Yaman, secara khusus meminta pembebasan Heila al-Qusayyer yang ditahan pada Februari.
Berdasarkan pengakuan Qusayyer, pejabat keamanan Arab Saudi mengatakan Qusayyer menggunakan lembaga-lembaga amal Islam untuk meraup dana maupun perhiasan yang akan diberikan ke al-Qaidah.
Beberapa surat kabar di Arab Saudi mewartakan secara rinci mengenai penahanan Qusayyer. Menurut pemberitaan media massa Arab Saudi, Qusayyer ditahan ketika bersama seorang tersangka pria, yang merupakan pelanggaran Undang-Undang Syariah.
Wafa al-Shehri, istri Shehri, merupakan sosok kunci dalam jaringan tersebut. Wafa al-Shehri merekrut wanita dan gadis untuk jaringan itu. Qusayyer dikabarkan juga bakal bergabung dengan Saeed al-Shehri dan menjadi istri keduanya.
Qusayyer cerai dengan suami pertamanya, Abdulkareem al-Humaid setelah suaminya tersebut ditahan. Qusayyer cerai agar bisa melanjutkan misinya dengan cara menikah lagi.
Jenderal Turki mengatakan wanita mudah dihasut ketimbang pria karena wanita dinilai mudah dirayu dengan isu seperti kemiskinan dan pengangguran. “Kami harus mengingatkan masyarakat bahwa al-Qaidah mendekati wanita,” ujarnya.
TELEGRAPH| KODRAT SETIAWAN