Associated Press pada Senin (4/6) memperoleh salinan buku yang ditulis oleh Ayatullah Mohammad Taqi Mesbah Yazdi di mana ia menulis bahwa Iran tidak boleh dirampas haknya untuk memproduksi "senjata khusus".
Pemerintah Iran dan hirarki ulama telah berulang kali membantah negara itu berusaha membuat senjata nuklir, seperti yang dituduhkan Amerika Serikat dan sekutunya.
Baca Juga:
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pekan lalu memberlakukan sanksi babak ke empat dalam menanggapi penolakan Teheran untuk menghentikan pengayaan uranium, yang bagi Iran hanya untuk mempertahankan program energi nuklirnya, tetapi secara teoritis dapat digunakan untuk memproduksi bahan senjata.
PBB menyerukan sanksi baru untuk membekukan aset dari 40 perusahaan tambahan lainnya dan organisasi, termasuk 22 yang terlibat dalam kegiatan nuklir atau rudal balistik.
Sosok garis keras Yazdi, memiliki dampak yang kuat pada Ahmadinejad, yang menunjukkan rasa hormat lebih dari ulama senior lainnya.
Baca Juga:
Buku yang ditulis Yazdi, "Revolusi Islam, Gelora Sejarah Perubahan Politik", terbit pada 2005 dan kemudian dicetak ulang tahun lalu, namun peredarannya sangat terbatas, hanya di antara ulama senior. Peredaran buku tersebut tidak dikenal secara luas.
Yazdi adalah anggota Majelis Pakar, sebuah badan konservatif terdiri dari 86 ulama senior yang memantau pemimpin tertinggi Iran dan memilih penggantinya. Dia juga mengepalai Lembaga Pendidikan dan Penelitian Imam Khomeini, sebuah think tank Islam, yang berada di Kota Suci Qom, 80 mil (130 kilometer) selatan Ibu Kota Teheran.
"Senjata-senjata yang paling maju harus diproduksi di dalam negeri kita, meskipun musuh kita tidak suka. Tidak ada alasan mereka memiliki hak untuk memproduksi jenis khusus senjata, sementara negara-negara lain telah dicabut dari itu," tegas Yazdi.
AP l BASUKI RAHMAT