TEMPO Interaktif, Jakarta - Kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza berhenti bergerak di Laut Tengah lebih dari 24 jam. Mereka menunggu datangnya kapal dari Irlandia dan sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa.
"Sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran," tulis Santi Soekanto, salah satu dari 12 orang Indonesia dalam armada Freedom Flotilla yang diserang Israel, dari Laut Tengah, 180 mil menuju Gaza, Sabtu (29/5).
Santi adalah mantan wartawati harian the Jakarta Post. Suaminya, Wisnu Pramudya, juga ada di atas kapal. Wisnu juga wartawan, sempat memimpin majalah Hidayatullah.
Di atas M/S Mavi Marmara, tulis Santi, penumpang melewatkan waktu dengan berbagai aktivitas, di antaranya membaca AlQuran, berzikir, atau membaca.
Sementara wartawan sibuk sendiri, para aktivis - terutama veteran perjalanan-perjalanan ke Gaza sebelumnya - mondar-mandir. Ada yang memasuki ruang media dan bercerita bahwa dirinya tangan kanan seorang poitikus Inggris yang pernah menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza sebelumnya.
Dalam kafilah Freedom Flotilla terdapat 12 orang asal Indonesia. Mereka berasal dari tiga lembaga swadaya masyarakat KISPA, MER-C (Medical Emergency Rescue Committee), dan Sahabat Al-Aqsha.
Dalam rombongan itu juga ada lima wartawan Indonesia dari Al-Jazeera Indonesia, TV One, Hidayatullah.com, majalah Alia, dan Sahabat Al-Aqsha
Manajemen stasiun televisi TV One hingga kini belum mengetahui kabar reporternya, M. Yassin, yang ikut dalam pelayaran Mavi Marmara. Kapal yang mengangkut relawan kemanusiaan itu dikabarkan diserang Angkatan Laut Israel. "Kami belum mendapat kabar dan belum bisa berkomunikasi," kata Manajer Umum Pemberitaan TV One, Toto Suryanto, saat dihubungi, Senin (31/5).
Serangan pasukan Israel terhadap Kapal Mavi Marmara, Senin (31/5) telah menewaskan 16 orang dan melukai 30 relawan kemanusiaan yang ada di kapal itu. Situs Al Jazeera melaporkan pasukan Israel meluncur menggunakan tali dari helikopter dan mulai menembaki penumpang di geladak dengan peluru tajam. Penyerangan terjadi di perairan internasional, 65 kilometer lepas pantai Gaza.
ERWIN Z