TEMPO Interaktif, Bangkok – Pemerintah Thailand mendesak mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra untuk keluar dari persembunyiannya. Thaksin kini menghadapi tuduhan terorisme karena mengobarkan kekerasan dan kerusuhan yang meninggalkan korban jiwa.
"Ini yang terbaik bagi Thaksin untuk kembali dan berjuang untuk menyelesaikannya di pengadilan, yang akan menangani kasus ini," kata juru bicara pemerintah Panithan Wattanayagorn. "Pemerintah hanyalah mengikuti proses hukum Thaksin.”
Thaksin yang hidup di pengasingan, mengatakan kepada Australian Broadcasting Corp melalui telepon dari sebuah lokasi yang dirahasiakan Rabu malam. Dia bilang, tidak pernah mendukung kekerasan. Dia menyebut tuduhan terorisme tak berdasar dan mengatakan ia tidak percaya Interpol, asosiasi polisi yang berbasis di Paris -berbagi intelijen internasional, akan bertindak dengan surat perintah.
Dia bilang dia tidak tahu apakah Kaus Merah masih akan unjuk rasa. "Dalam pikiran saya, saya selalu mendukung ... protes damai," katanya. “Kebutuhan Thailand adalah rekonsiliasi."
Thaksin mengatakan, pembakaran puluhan bangunan adalah skenario terencana untuk mendiskreditkan pendukungya. Para pengunjuk rasa melakukan pembakaran setelah dibubarkan polisi dan tentara. "Sebagai mantan (perwira), saya dapat meyakinkan anda bahwa ini adalah direncanakan dan dilakukan secara profesional, baik aksi pembakaran,” katanya.
Thailand mengeluarkan surat perintah penangkapan setelah kesaksian oleh Departemen Investigasi Khusus tentang dugaan keterlibatan Thaksin dalam ujuk rasa berdarah. Thaksin ditengarai berkomitmen, mengancam akan melakukan atau mendukung aksi terorisme, tetapi tidak diungkapkan rincian Panithan.
AP| NUR HARYANTO