Menurut Pusat Statistik dan Informasi, tingkat pengangguran di kalangan wanita Saudi sebesar 28,4 persen pada 2009. Jumlah ini meningkat dibandingkan pada 2008 yang jumlahnya 26,9 persen.
Faktor budaya dan tradisi sering kali memainkan peranan penting dalam peningkatan pengangguran di kalangan wanita Saudi, terutama ketika mereka menolak pekerjaan tertentu seperti sebagai pelayan, penata rambut atau kasir.
"Departemen Tenaga Kerja, Kamar Dagang dan Industri dan Sumber Daya Manusia pemerintah Saudi tidak dapat dipersalahkan atas masalah ini," kata Dr Aisha Netto, pemilik sebuah perusahaan optik dan anggota Kamar Dagang dan Industri (JCCI) Jeddah, Kamis waktu setempat.
Ia mengatakan, di Arab Saudi peluang kerja kebanyakan hanya tersedia untuk laki-laki. Keadaan ini meningkatkan jumlah pengangguran di kalangan wanita Saudi. Pejabat di instansi pemerintah telah berupaya yang terbaik untuk menciptakan kesempatan kerja bagi kaum perempuan Saudi. Namun sayangnya masyarakat Saudi masih berkeras menentang berbagai peluang kerja yang tersedia bagi kaum perempuan.
"Lebih dari 800 karier dan pekerjaan mungkin tersedia bagi wanita Saudi, tetapi masyarakat perempuan Saudi tidak mau mengejar kesempatan ini," ujarnya.
Menurut dia, Kementerian Tenaga Kerja telah memutuskan untuk menawarkan kesempatan kerja yang lebih luas bagi kaum perempuan. Pemerintah mengizinkan perempuan untuk bekerja sebagai kasir di mal. Namun penerapan strategi ini sangat sulit, karena kesempatan ini ditolak oleh banyak keluarga di Saudi. "Keluarga Saudi tetap setia kepada tradisi kuno," katanya.
"Rekrutmen perempuan sebagai kasir di toko-toko berarti pemilik toko harus mengganti staf laki-laki dengan staf perempuan yang diizinkan oleh pihak keluarganya hanya untuk bekerja di dalam toko. Jadi dekorasi toko perlu diubah juga," tambah Aisha Netto.
ARABNEWS l BASUKI RAHMAT N