TEMPO Interaktif, Bangkok - Pemerintah Thailand berencana membangun citranya yang terpuruk akibat sejumlah aksi demo dalam enam-tujuh tahun terakhir ini dengan menampilkan wajah baru Thailand. "Ini adalah saat yang tepat bagi rakyat Thailand untuk membangun Thailand yang baru," tutur Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya.
Kasit menyesalkan aksi kekerasan yang terjadi belakangan ini. "Kekerasan tak menyelesaikan masalah," ujarnya. "Begitu juga kudeta militer." Kendati didera aksi demonstrasi, ia bersyukur fundamental Thailand masih baik. "Saya optimistis demokrasi akan terwujud dengan baik di Thailand," katanya.
Kasit juga menyesalkan langkah sejumlah negara asing yang masih melindungi bekas Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra. "Mengapa sejumlah pemimpin masih menampung dan memberinya paspor? Padahal faktanya dia dan gerakan (Kaus Merah) adalah sumber dari segala sumber masalah di Thailand."
Kepada Andree Priyanto dari Tempo, Kasit berbicara tentang Thailand selepas aksi protes besar-besaran yang berujung pada tewasnya sekitar 88 jiwa dan melukai lebih dari seribu lainnya. Berikut ini petikan wawancara yang berlangsung di kantornya di Bangkok:
Apa yang Thailand pelajari dari krisis politik ini?
Krisis ini memberi pelajaran bagi kami bagaimana negara lain memandang kita. Saya tak mengerti mengapa beberapa pemimpin masih saja mau menampung bekas perdana menteri Thaksin Shinawatra dan memberikan dia paspor. Padahal Thaksin dan gerakannya adalah sumber dari segala sumber masalah di Thailand ini. Dia sumber masalah dalam kehidupan bermasyarakat di Thailand, bagi demokrasi dan rasa solidaritas di Thailand. Saya bilang kepada mereka (sejumlah pemimpin) bahwa pertemanan (pribadi) dan hubungan (formal) dengan Thailand tak bisa dipisahkan dalam kasus ini.
Pengadilan di Thailand memvonis Thaksin bersalah dalam banyak pelanggaran dan dia terus saja berusaha menghancurkan pemerintahan yang sah. Banyak negara yang masih saja mengizinkan Thaksin memakai negaranya sebagai panggung (untuk menyerang Thailand). Mereka (negara-negara itu) mesti menghormati Thailand. Kami bukan republik pisang atau negara yang gagal.
Thailand bermaksud merevisi hubungan dengan sejumlah negara?
Kami tak akan merevisi kebijakan (luar negeri) Thailand. Kami justru akan mengkritik diri kami sendiri. Kami memerlukan solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat. Beberapa lembaga asing mesti melakukan koordinasi yang lebih intim lagi dengan Kementerian Luar Negeri.
Bagaimana pemerintah akan memperbaiki wajah Thailand pascakrisis di mata dunia?
Kami telah mengadakan rapat dan kami berencana menyewa sebuah tim profesional, bisa perusahaan atau sekelompok konsultan. Kami punya dana buat ini. Mereka akan bekerja secara terpisah ke dalam dua bagian. Kelompok pertama akan memulihkan citra keseluruhan dengan membangun kepercayaan. Kementerian Luar Negeri akan memimpin.
Tim kedua akan menggelar misi ke luar negeri guna membangun saling pengertian di antara sesama negara. Tim ini terdiri atas Kementerian Keuangan dan Perdagangan. Tugasnya menjelaskan apa yang terjadi di Thailand dan apa rencana pemerintah selanjutnya. Karena, ada sejumlah media internasional yang tak obyektif dalam memberitakan Thailand. CNN dan BBC tak bertindak adil terhadap pemerintah Thailand. Tak obyektif sebagaimana sejumlah media internasional lainnya. Tak seperti Al-Jazeera.
Andre Priyanto (Bangkok)