Misi diplomatik Perserikatan Bangsa-Bangsa di sana juga menutup kedutaan mereka. Begitu pun Kedutaan Amerika Serikat. Evakuasi terhadap keluarga diplomat dan staf kedutaan pun dilakukan. Washington mengeluarkan peringatan kepada warganya agar menghindari Thailand.
Tori Anderson, yang kebetulan tinggal di dekat kamp Kaus Merah di persimpangan Ratchaprasong, mengaku tak bisa tidur sejak Jumat malam tatkala bentrokan mulai pecah. "Saya pernah di tinggal di Pakistan dan Afganistan, tapi di sini situasinya beda. Atmosfernya sungguh-sungguh mencekam,” ujarnya. “Tentara bersenjata di mana-mana.”
Ini karena pada Jumat malam itu tentara mulai melancarkan serangan terhadap para demonstran yang tak menggubris ultimatum pemerintah untuk membubarkan diri. Tentara mulai memakai peluru tajam dan gas air mata guna mengusir paksa para demonstran yang berkeras bertahan. Sebaliknya, massa Kaus Merah membalas dengan roket dan bom molotov.
"Kami akan terus melawan sampai pemerintah mengambil tanggung jawab," kata seorang pemimpin Kaus Merah, Kwanchai Praipana. Adapun pemerintah tetap bertekad menggusur Kaus Merah. "Tugas kami meminta Kaus Merah segera mengakhiri aksi-aksi pawai unjuk rasa," ujar juru bicara Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, Kolonel Sansern Kaekamnerd.
Pemerintah Cina mengaku prihatin atas krisis di sana. "Sebagai salah satu tetangga dekat Thailand, kami amat prihatin," kata juru bicara Menteri Luar Negeri Cina, Ma Zhaoxu. Sejumlah negara anggota Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara pun melarang warganya pergi ke Thailand.
BANGKOK POST | BBC | NST | XINHUA | ANDREE PRIYANTO