Tentara memakai gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam guna menggusur para demonstran yang berjumlah hingga 50 ribuan dari wilayah basis pertahanan mereka di beberapa distrik bisnis di Bangkok. Para demonstran Kaus Merah pun membalas dengan memakai roket buatan dan bom-bom molotov guna memblokir masuknya pasukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (CRES) yang mencoba membubarkan massa.
Suara tembakan terdengar dari dua kubu yang bentrok tersebut. Bus terbakar, dan granat meledak di Jalan Rama IV dan persimpangan Sala Daeng. Sabtu (15/5) siang tentara mulai menembaki jembatan penyeberangan di persimpangan Bon Kai di dekat jalur cepat Jalan Rama IV. Demonstran membakar ban dan petasan. Suara rentetan ledakan terdengar hingga ke Bon Kai dan persimpangan Saladaeng.
Sebelumnya Menteri Sekretaris Negara Sathit Wongnongtoey menegaskan bahwa pemerintah dan tentara tak punya pilihan kecuali membubarkan para pendemo yang, kata Sathit, bersenjata dan terlatih dengan baik. Menteri Sathit menyalahkan bekas Perdana Menteri Thaksin Shinawatra berada di belakang aksi-aksi protes yang sengaja diorgansir untuk kepentingan pribadinya. Namun Thaksin justru menuding balik pemerintah.
"Sudah terang sekarang," ujar Thaksin. "Pemerintah telah memberi maklumat kepada polisi dan tentara dipersenjatai dengan senjata perang termasuk sejumlah sniper. Memakai kekerasan untuk membubarkan para demonstran tanpa ampun!" Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa Ban Ki-moon mendesak pihak-pihak bertikai saling menahan diri dan menghindari kekerasan. "Sebaiknya pemerintah dan pendemo berunding," katanya.
| THENATION | BANGKOKPOST | BBC | ANDREE PRIYANTO