TEMPO Interaktif, Manila - Sedikitnya empat orang tewas dalam dua kontak senjata terpisah sebagai rangkaian kekerasan politik menyusul digelarnya Pemilihan Umum Presiden Filipina, Senin (10/5).
Kepolisian menyatakan informasi ini muncul saat tempat pemungutan suara telah dibuka dalam pemilu sistem langsung pertama Filipina di mana Benigno Aquino menjadi favorit untuk memenangkan kursi kepresidenan.
Juru bicara militer Kapten Arnold Gasalatan mengatakan sebanyak tiga orang tewas dalam baku tembak dan 10 lainnya luka-luka ketika polisi bentrok dengan pendukung calon wali kota di selatan Provinsi Zamboanga Sibugay sebelum fajar.
Dia mengatakan penyebab bentrokan itu belum jelas, namun pihak militer telah mengamankan lokasi sambil menunggu hasil penyelidikan.
Seorang pria lainnya yang tewas adalah sepupu dari Wakil Gubernur Provinsi Cotabato Utara yang ditembak ketika naik motor sebelum tempat pemungutan suara dibuka Senin pagi.
Menurut data kepolisian, pembunuhan tersebut menambah jumlah korban tewas menjadi sekitar 30 orang dalam aksi kekerasan politik selama empat bulan terakhir menjelang penyelenggaran pemilu.
Filipina hari ini memulai pemungutan suara untuk menentukan pengganti Presiden Gloria Macapagal Arroyo. Senator Benigno "Noynoy" Aquino, putra ikon demokrasi Cory Aquino, menjadi favorit untuk terpilih menjadi presiden. Pemilihan ini menggunakan sistem baru yang diharapkan bisa mencegah manipulasi suara dalam pemilu. Namun sejauh ini sistem tersebut banyak terkendala teknis.
ABC l BASUKI RAHMAT