TEMPO Interaktif, Jakarta - Filipina memulai pemungutan suara pada Senin pagi untuk menentukan pengganti Presiden Gloria Macapagal Arroyo. Pemilih berharap sistem pemungutan suara otomatis yang baru bekerja dengan lancar dan terhindar dari penipuan dan kekerasan yang menandai pemilu sebelumnya.
Lebih dari 50 juta orang di negara Asia Tenggara itu berhak untuk memilih Presiden, Wakil Presiden dan hampir 18.000 pejabat lokal dan nasional lainnya.
Ada antrean panjang segera setelah TPS dibuka pukul 7 pagi. Pemungutan suara ditutup pukul 18.00.
Senator Benigno "Noynoy" Aquino, putra ikon demokrasi Cory Aquino, merupakan favorit untuk menjadi presiden setelah dua jajak pendapat utama menunjukkan ia memimpin sekitar 20 poin atas rival terdekatnya.
Mantan Presiden Joseph Estrada, yang disingkirkan dari kekuasaan oleh pemberontakan yang didukung militer pada tahun 2001 dan kemudian dihukum dari kasus korupsi sebelum diberikan pengampunan, mendapatkan momentum yang terlambat untuk mengejar ketinggalan dari Senator Manny Villar.
Gilberto Teodoro, calon dari pemerintahan yang akan berakhir, berada di tempat keempat dengan tingkat dukungan satu digit dalam jajak pendapat, sedangkan lima kandidat lainnya mendapat dukungan minimal.
Pemenang biasanya yang paling menguntungkan bagi investor, kecuali Estrada, sementara hasil yang dipersengketakan atau tidak meyakinkan diperkirakan akan melemahkan pasar.
Memerangi korupsi dan mengurangi kemiskinan telah menjadi tema utama kampanye, tapi para kandidat belum spesifik pada detail, termasuk cara untuk mengatasi defisit anggaran yang besar. Penggunaan sistem pemungutan suara otomatis yang baru dan belum teruji merupakan risiko utama untuk pemilu ini.
Kekhawatiran tentang sistem ini meningkat setelah penarikan lebih dari 76 ribu chip memori akibat suatu kesalahan yang ditemukan minggu lalu, dan ada masalah teknis lainnya.
REUTERS | EZ