Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva telah mengajukan rencana untuk mengakhiri demonstrasi yang melumpuhkan dan mengancam wisatawan di Bangkok, tapi masih dalam ketidakpastian sebagai hambatan pada pembicaraan yang lebih rinci, termasuk pemilu dini yang bakal digelar pada pertengahan bulan November.
Polisi dan para pejabat di Erawan Medical Center milik pemerintah, menyebut polisi pertama yang terbunuh oleh seorang bersenjata yang mengendarai sepeda motor dalam sebuah penembakan tepat sebelum tengah malam, dan yang kedua dalam serangkaian ledakan yang diduga granat sekitar dua jam kemudian.
Serangan itu terjadi di daerah Silom Road, kawasan yang dijaga tentara dan dekat dengan hotel-hotel dan bar yang populer dengan para wisatawan. Daerah ini dekat pintu masuk ke kamp Kaos Merah yang dibentengi sejak awal April.
Para pemimpin demonstran langsung mengutuk kekerasan tersebut, yang bisa menambah tekanan kepada Abhisit dari kelas menengah Bangkok dan elit tradisional untuk segera mengambil tindakan garis keras terhadap kelompok Kaos Merah.
"Kami tidak terlibat dalam apa yang terjadi semalam," tukas Weng Tojirakarn, seorang pentolan Kaos Merah, kepada para pendukungnya diatas panggung yang didirikan di lokasi protes tadi pagi. "Kami sangat menyesal dan kami ingin mengutuk orang-orang yang berada di belakang serangan itu."
Abhisit memerintahkan pengetatan keamanan di wilayah tersebut menyusul sebuah pertemuan pada hari Sabtu ini dengan Wakil Perdana Menteri Suthep Thaugsuban dan kelompok kontrol krisis pemerintah, Center for the Resolution of the Emergency Situation (CRES). "CRES percaya ada sekelompok orang yang tidak mau menghentikan protes," kata juru bicara pemerintah Panitan Wattanayagorn kepada wartawan siang tadi di Bangkok.
Reuters/dwi arjanto