Faksi-faksi politik sejak Pemilu yang digelar 7 Maret lalu saling jegal atas hasil yang menunjukkan blok yang dipimpin al-Maliki kalah dua kursi dari koalisi lawannya yang dipimpin seorang ulama sekuler Syiah yang didukung penuh oleh kubu Sunni Arab.
Sejak tak seorang pun yang menang mayoritas atas 325 kursi legislatif, semua pihak terlibat dalam perundingan intensif untuk mencoba sebuah mayoritas untuk membentuk pemerintahan berikutnya.
Penghitungan suara menual, yang disebut oleh pejabat pemilu memakan waktu dua hingga tiga pekan, berarti penundaan lebih jauh proses pemilu yang lama yang telah memicu ketakutan meningkatnya kekerasan seiring tentara Amerika Serikat bersiap pulang.
Jika dihitung ulang mengubah hasil, itu juga bisa menyulut kemarahan minoritas Sunni Arab yang pernah mendominasi yang waspada terhadap pemerintahan yang dipimpin Syiah Irak pasca Saddam Hussein dan apa yang mereka anggap sebagai upaya-upaya menelikung pemilu.
Di hotel Rasheed di pusat kota di luar kawasan Zona Hijau, para pejabat pemilu Irak mengangkat kota suara pemilu ke atas meja di sebuah aula besar tadi pagi dan mengeluarkan instruksi untuk memulai penghitungan dan bagaimana proses itu berlangsung.
Ratusan pekerja pemilu menyesaki aula dan menyingkirkan debu diatas kotak-kotak suara yang tersimpan di gudang selama beberapa minggu. Mereka juga memeriksanya atas apapun tanda-tanda kerusakan di kotak-kotak suara tersebut.
AP/dwi arjanto