TEMPO Interaktif, BANGKOK - Sudah sejak empat tahun lalu bekas Menteri Luar Negeri Thailand ini sibuk membela kliennya, bekas Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, dalam menghadapi gugatan pemerintah Negeri Gajah Putih. Dua hari lalu, Noppadon Pattama sibuk membantah klaim bahwa Thaksin memproklamasikan diri sebagai pemimpin negara "Thailand Baru".
"Bekas Perdana Menteri Thaksin Shinawatra mengutuk aksi mereka yang menempelkan stiker di Jalan Silom bahwa ia menjadi presiden Thailand yang baru," kata pengacara berumur 49 tahun tersebut. Thaksin beserta keluarganya, kata Noppadon, bersumpah setia kepada negara, agama, dan kerajaan.
"Keluarga kami setia kepada Paduka yang Mulia Raja dan Ratu," kata Nappodon mengutip Thaksin. Stiker itu muncul tatkala massa Kaus Merah, yang merupakan pendukung Thaksin, hendak menggelar pawai aksi protes ke distrik pusat bisnis utama di Jalan Silom. Nappodon tak semata bertugas selaku penasihat hukum, tapi juga merangkap juru bicara Thaksin.
Penyandang gelar magister hukum dari University of London (1990) dan University of Oxford (1992) ini terjun ke politik sejak semasa Perdana Menteri Chuan Leekpai berkuasa pada awal 1990-an. Ketika itu ia menjadi sekretaris Chuan Leekpai, yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, partai sepuh di negeri itu yang kini dipimpin Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva.
Malah ketika itu ia menjadi figur yang amat berpengaruh karena menjadi sekretaris parlemen. Dari Demokrat, ia menyeberang ke Thai Rak Thai pimpinan Thaksin, yang juga pernah jadi menteri semasa Chuan Leekpai berkuasa. Semasa Thaksin berkuasa, ia menjadi Wakil Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan, yang ia jabat hingga Thaksin dikudeta.
Ketika Thai Rak Thai dibekukan, ia kembali bekerja menjadi pengacara. Belakangan ia masuk Partai Kekuatan Rakyat, yang dipimpin mendiang Perdana Menteri Samak Sundarajev. Partai ini diklaim sebagai jelmaan Thai Rak Thai. Di sini ia menjabat Menteri Luar Negeri hingga akhirnya Samak digusur dari kekuasaan.
Menanggapi kisruh politik di negerinya, Noppadon mengimbau semua pihak berembuk guna mencari solusi atas krisis yang terus melanda Thailand. "Tentunya dalam suasana kebatinan yang dilandasi kejujuran," katanya kepada Andree Priyanto dari Tempo. Apa katanya soal kemungkinan terburuk yang bakal terjadi di Thailand? Berikut ini petikannya.
Bangkok kini kian tegang, apakah akan terjadi kaos?
Apa pun bisa terjadi meski tentunya kami berharap yang terbaik. Kami berharap militer tak membubarkan aksi-aksi unjuk rasa yang damai itu (dengan kekerasan). Mereka bukan teroris.
Mungkinkah ada kompromi?
Hemat saya, semua pihak perlu berembuk guna mencari solusi atas krisis yang terus melanda Thailand. Tentunya dalam suasana kebatinan yang dilandasi kejujuran. Masalah yang sekarang dihadapi Thailand adalah tak adanya demokrasi dan keadilan yang sejati. Hukum tak ditegakkan secara adil.
Sampai kapan unjuk rasa ini akan berlangsung?
Unjuk rasa akan terus berlangsung selama parlemen tak dibubarkan. Selama tak ada solusi yang disepakati bersama. Saya tak kuasa mengatakan berapa lama aksi unjuk rasa ini akan terus berlangsung.
Sebagai bekas Menteri Luar Negeri, bagaimana menurut Anda opini masyarakat internasional atas apa yang terjadi di Thailand?
Masyarakat internasional harus memastikan situasi secara benar dan mengikuti secara dekat perkembangan yang terjadi di Thailand. Pemerintah memberangus serta menutup media dan situs web untuk mengatur arus informasi dan mengungkapkan informasi dari satu sisi. Dunia mesti berperan dalam mencegah jatuhnya lebih banyak korban tewas dan aksi kekerasan terhadap para pemrotes yang tak bersalah.
| ANDREE PRIYANTO