"Krisis ini benar-benar bencana!" ujar Kepala IATA Giovanni Bisignani di Berlin. "Industri ini tekor US$ 9,4 miliar pada tahun lalu dan tahun ini ditaksir bakal merugi lagi sampai US$ 2,8 miliar." Katanya alasan keamanan yang diberikan pemerintah menyusul abu vulkanik Gunung Eyjafjallajökull yang menutup sebagian kawasan udara Eropa itu tak berdasarkan pada fakta.
"Kawasan udara ditutup karena alasan yang bersifat teori bukan karena fakta," ujarnya. Sejumlah ahli mengatakan bahwa abu vulkanis bisa merusak mesin pesawat. Di sisi lain abu bisa menghalangi pandangan pilot. Sebab abu yang menutup pandangan sampai sejauh 11 km diyakini lebih berbahaya daripada cuaca buruk.
"Sekarang pemerintah mesti memikirkan bagaimana memberikan kompensasi pada maskapai," ujar Bisignani. "Saya orang pertama yang bilang kalau industri ini tak mau dan tak butuh dana talangan (bailout). Saya hanya ingin pemerintah membantu memulihkan beban biaya akibat kekacauan ini."
Direktur Eksekutif British Airways Willie Walsh menyebut pelarangan terbang itu tak penting. Adapun pemimpin oposisi Inggris David Cameron meminta dibukanya penyelidikan umum atas penanganan pemerintah terhadap pelarangan terbang itu. Namun seorang ahli gunung berapi yang menjadi penasihat Perserikatan Bangsa Bangsa membantahnya.
"Otoritas (penerbangan) tak punya pilihan kecuali menutup wilayah udara karena miskinnya fakta-fakta perilaku pesawat yang menerjang abu vulkanik," kata Presiden Perhimpunan Ahli Gunung Berapi Eropa Henry Gaudru. "Karena itu satu-satunya upaya adalah menutup lalu lintas udara."
| THEAUSTRALIAN | SKYNEWS | ANDREE PRIYANTO