Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada Kepala Misi Diplomatik Suriah Zouheir Jabbour bahwa pemerintah AS mengutuk pemberian persenjataan kepada kelompok Islam Syiah Libanon itu.
Pernyataan ini muncul terkait kekhawatiran akan kemungkinan pengiriman sejumlah rudal Scud kepada kelompok militan itu.
Pekan lalu, Presiden Israel menuduh Damaskus mengirimkan sejumlah misil balistik untuk sayap militer Hizbullah.
Israel pernah terlibat perang 34 hari menghadapi Hizbullah tahun 2006 lalu yang mengakibatkan 1.200 orang Libanon yang sebagian besar warga sipil tewas.
Perang itu juga menewaskan 160 warga Israel yang sebagian besar di antaranya adalah tentara.
Konflik Israel-Hizbullah itu dipicu penculikan dua tentara Israel yang diikuti serangan udara dan serbuan darat Israel ke Libanon. Hizbullah membalas dengan menembaki kota-kota wilayah utara Israel dengan menggunakan roket.
Konflik itu kemudian bisa diselesaikan antara lain dengan penerbitan resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1701 yang antara lain berisi embargo senjata ke Libanon, kecuali pengiriman senjata itu disetujui pemerintah Libanon dan PBB.
Namun banyak pengamat menduga meski terkena embargo Hizbullah masih mampu memperkuat persenjataannya dengan bantuan dua negara pendukungnya, Suriah dan Iran.
Para pengamat mengatakan jika Hizbullah memiliki persediaan misil balistik maka akan mengancam perimbangan kekuatan militer di kawasan itu.
Selain itu, dengan persediaan misil balistik Hizbullah kini mampu menembak semua kota di dalam wilayah Israel tidak hanya kota-kota di bagian utara saja.
"Ini adalah kali keempat kekhawatiran serupa kami sampaikan kepada kedutaan besar Suriah dalam beberapa bulan terakhir. Tujuannya adalah untuk mengulangi pesan kami kepada pemerintah Suriah," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Gordon Duguid usai pertemuan antara Kemlu AS dan Zouheir Jabbour.
"Pemerintah AS mengutuk pengiriman senjata apapun terutama misil-misil balistik seperti Scud dari Suriah untuk Hizbullah," tambah Duguid.
Kedutaan Besar Suriah sebelumnya telah membantah tuduhan ini dan menuding isu ini adalah upaya Israel mengalihkan perhatian dunia soal program nuklir negeri itu.
Sejauh ini, Israel tidak membenarkan atau membantah soal program nuklirnya.
Hubungan antara Suriah dan AS memburuk sejak pembunuhan mantan PM Libanon Rafik Hariri tahun 2005. Washington menuding Damaskus berada di belakang pembunuhan itu.
Meski Damaskus membantah keterlibatannya, namun Washington menarik duta besarnya tak lama setelah peristiwa itu.
Gedung Putih beberapa waktu belakangan ini mencoba memperbaiki hubungan dengan Presiden Suriah Bashar Assad dan telah menunjuk duta besar baru di Damaskus namun penunjukkan sang duta besar masih tertahan di senat.
BBC | YR