TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Anupong menjadi pemimpin Komando Operasi Darurat ketika dia diberi sebagian wewenang Suthep dalam menyelesaikan persoalan politik dengan Kaus Merah. Kini dia menjadi sorotan, dengan wewenangnya yang besar, dia bisa melakukan tindakan tegas, termasuk keras menghadapi para demonstran yang sudah lebih dari dua pekan menduduki salah satu kawasan bisnis Bangkok, Ratchaprasong.
Dilema dihadapi Anupong yang diharapkan bisa mengatasi persoalan ini. Apalagi, belajar dari peristiwa di Monumen Demokrasi di Jembatan Phan Fa, yang menewaskan 24 orang, termasuk lima anggotanya. "Kami akan mencegah mereka menguasai kawasan ekonomi lain," kata juru bicara Komando, Kolonel Werachon Sukondhapatipak, kepada Yophiandi dari Tempo di Bangkok kemarin. Berikut ini petikannya.
Sekarang Jenderal Anupong yang menjadi kepala Komando Darurat. Tentara akan menekan?
Yang pasti, tentara tak akan menggunakan kekerasan untuk mengatasi masalah ini. Kami akan melaksanakan upaya hukum. Kami tak akan menyerbu demonstrasi (lagi). Sementara ini kami mencegah mereka menguasai daerah lebih luas lagi. Kan pemimpin Kaus Merah sudah menyatakan akan menuju Silom yang menjadi jantung area bisnis Bangkok. Bila itu terjadi akan sangat mahal ongkosnya buat negeri ini.
Tentara ingin melihat celah mereka melanggar hukum lagi?
Ya, bila ada tindakan mereka melanggar hukum, saat itu juga kami akan bertindak. Tapi bila status quo seperti ini (meski sudah ada pelanggaran sebelumnya), kami tak akan melakukan apa pun.
Bertindak maksudnya akan keras?
Tentu kami akan menghindari bertindak keras. Tapi, kalau ada tindakan mereka akan menguasai gedung publik dan pemerintahan, itu akan kami cegah. Kami akan membarikade dulu. Semua sesuai dengan kondisi saat itu. Kalau unjuk rasa damai, tak ada masalah. Yang penting kami negosiasi dulu.
Jadi kawasan Ratchaprasong akan dibiarkan dikuasai mereka?
Sangat sulit melakukan negosiasi sekarang. Anda tahu, meski bila ada banyak orang, kami tak akan bertindak keras. Kami belajar dari situasi lalu (Sabtu). Mereka juga warga Thailand. Kami akan menunggu sampai mereka melakukan pelanggaran hukum.
Apa sebenarnya yang terjadi dengan peristiwa Sabtu lalu?
Banyak teori. Tapi ini sedang dilakukan investigasi oleh polisi. Saya tak bisa menjawab itu. Yang patut ditanyakan, siapa yang dapat keuntungan dari peristiwa itu. Kaus Merah kan. Kalau Anda tahu jawabnya, Anda pasti paham siapa yang memulai.
Mengapa bisa terpancing?
Kami hanya ingin mengatasi pengunjuk rasa saat itu. Tentara di lapangan yang diturunkan. Yang jelas, kami tak ingin melakukan kekerasan, karena itu tentara sudah mundur. Orang dengan pakaian hitam-hitam itu adalah teroris yang menyusup.
Apa yang tentara lihat tentang situasi ini?
Yang jelas, ini persoalan politik. Persoalan politik mesti diselesaikan dengan cara politik.
Sampai berapa lama?
Sulit menjawabnya. Bila pemerintah membubarkan parlemen, selesai sudah. Yang pasti kami akan selesaikan secepatnya.
Jenderal Anupong pernah bilang lebih baik parlemen dibubarkan.
Bukan begitu yang dia bilang. Dia bilang, soal politik mesti selesai dengan cara politik. Pembubaran parlemen juga salah satu opsi karena itu adalah instrumen politik. Akan terjadi kapan pun. Cuma soal waktu, bagaimana negosiasi kedua pihak, pemerintah dan Kaus Merah. Sekarang sulit, karena Kaus Merah menutup pintu negosiasi.
Pemerintah pernah mencoba menangkap para pemimpin Kaus Merah pekan lalu. Kenapa gagal?
Informasi intelijennya bocor. Entah kenapa, tapi saya tak dalam posisi mengkritisi polisi.
Yophiandi (Bangkok)