TEMPO Interaktif, Bangkok – Tentara Thailand melakukan penjagaan keamanan di sekitar distrik bisnis Bangkok setelah kelompok "baju merah" menuntut pemilihan umum dan mengancam akan kembali menduduki wilayah itu pada hari Selasa ini.
Kekhawatiran meningkat kemungkinan terjadinya bentrokan berdarah. Demonstran antipemerintah berusaha mengambil alih distrik perbelanjaan kelas atas di ibu kota dan ingin kampanye melewati Silom Road, yang penuh dengan bangunan kantor dan markas besar negara pemberi pinjaman terbesar, Bangkok Bank.
Lalu lintas di sepanjang jalan lengang pada pagi hari karena banyak pengendara mobil memutuskan untuk menghindari daerah tersebut. Tentara berpatroli di jalan dan sebuah jalan yang menghubungkan Skytrain dengan sebuah stasiun kereta api di bawah tanah.
Senin malam, Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva kembali menolak tuntutan untuk menggelar pemilu. "Jika kita membiarkan orang-orang yang menggunakan kekerasan untuk mengancam perubahan politik, kita memiliki sebuah negara tanpa hukum," katanya.
Mengingat kerasnya di dua belah pihak setelah lebih dari sebulan protes berlangsung, analis takut kekerasan akan terus berlanjut. "Pada kenyataannya, sekarang semuanya bertindak keras satu sama lain sebagai jalan keluar," kata Danny Richards, seorang analis pada Economist Intelligence Unit.
Kerugian keuangan dari kebuntuan ini telah melahirkan desas-desus pengambilalihan oleh garis keras di militer untuk melakukan kudeta di Thailand semakin meruap.
Kelompok “Baju Merah” merupakan pendukung bekas Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang digulingkan oleh tentara pada tahun 2006. Para pengamat mengatakan protes selama enam minggu telah berkembang dan menjadi sebuah kebuntuan yang berbahaya antara tentara dan faksi militer yang nakal yang mendukung “Baju Merah” dan termasuk jenderal pensiunan yang bersekutu dengan Thaksin, yang kini masih buronan.
Miliarder 60 tahun itu telah mendesak Abhisit untuk menggelar pemilu untuk mengakhiri kebuntuan. Jika Abhisit menolak, akan ada tindakan tegas lebih lanjut dan mungkin kudeta militer, Thaksin mengatakan kepada Reuters melalui telepon selama singgah di Brunei.
Kelompok demonstran menargetkan Bangkok Bank karena penasihat kehormatannya, Prem Tinsulanonda, yang dituduh mendalangi kudeta 2006 yang menggulingkan Thaksin. Tahun lalu, Thaksin telah meminta sekutunya untuk mendukung demonstran, termasuk mantan kepala tentara Chavalit Yongchaiyudh, yang menurut sumber-sumber pemerintah mengatakan jenderal dan mantan militer lainnya memberikan senjata kepada demonstran menjelang bentrokan berdarah 10 April dengan militer.
Chavalit, ketua parlemen sayap pro-Thaksin, yang Partai Puea Thai, telah membantah terlibat dalam kekerasan itu. Dia mengatakan pada hari Senin dia mencari ajudan Raja Thailand Bhumibol Adulyadej, untuk mencoba mengakhiri kebuntuan.
REUTERS| NUR HARYANTO