Kemarin masih tampak bekas bentrokan tak seimbang antara tentara dan kelompok Front Demokrasi Antikediktatoran atau Kaus Merah. Empat tank dan tiga mobil pengangkut tentara direbut kelompok ini, yang sebetulnya terdesak di jalan sebelah barat monumen. Selain bangkai kendaraan tentara, tampak beberapa pendukung Kaus Merah bersama warga saling menyemprotkan air, tradisi tahun baru yang lumrah di Thailand.
Dari bentrokan yang menelan 23 orang tewas--umumnya di rumah sakit--itu, kini terjadi saling tuding antara pemerintah dan Kaus Merah, yang juga pendukung Thaksin Shinawatra, soal siapa penyebab dan yang memulai bentrokan.
Juru bicara Perdana Menteri, Panitan Wattanayagorn, secara implisit menengarai Kaus Merah punya milisi terlatih yang juga memiliki senjata yang mereka rebut saat menyerbu Stasiun Satelit Bumi milik pemerintah. Ini respons Kaus Merah setelah pemerintah menutup stasiun televisi Kaus Merah. "Lebih dari 10 pucuk. Tentara masih menghitung berapa yang hilang," ujar bekas dosen keamanan nasional di perguruan tinggi terkenal, Chulalongkorn, ini.
Namun Weng Tojirakarn, salah satu pemimpin Kaus Merah yang diincar pemerintah, membantahnya. "Dari mana kami punya senjata? Orang itu melompat ke sana-kemari, di antara kami, mereka menyusupi kami," kata dokter keluarga dari Bangkok itu. Dia menilai ini siasat pemerintah memecah belah publik Thailand.
Seorang saksi mata menyatakan tak ada senjata di kalangan Kaus Merah. "Mereka cuma punya tongkat pemukul. Tapi saya tak tahu setelahnya," ujar saksi yang segera kabur dari lokasi tiga jam setelah tembakan pertama itu. "Saya kabur dari pintu belakang."
Yophiandi (Bangkok)