TEMPO Interaktif, Bangkok -Tragedi berdarah yang dipicu bentrokan antara tentara Thailand dan Front Persatuan untuk Demokrasi Anti Kediktatoran, Sabtu lalu membuat Bangkok, ibukota Thailand dijauhi para turis. Padahal, selama dua hari Tahun Baru Songkarn, para turis dari Eropa, Amerika, dan Asia menyerbu tempat-tempat kawasan hiburan malam di Kao San, Banglumphu, dan sekitarnya.
“Sekarang sepi sekali. Biasanya tiap Anda lewat satu langkah, ketemu orang asing, sekarang cuma orang Thailand,” kata Aor, pengelola motel dan kafe internet di kawasan Banglumphu.
Saat ini, para turis yang biasa bermain semprot air pada saat Songkarn, memilih pergi ke kawasan pegunungan Thailand, di utara Bangkok, seperti Chiangmai. “Sekarang lebih ramai di sana,” kata Aor yang punya kerabat di sana.
Remaja perempuan yang berasal dari sebelah Barat Thailand itu lebih percaya bekas Perdana Menteri Thaksin Shinawatra untuk membereskan persoalan politik sekarang. Dia yang berasal dari daerah pasar apung, Ratchaburi, menilai Thaksin lebih konkret dalam melaksanakan kebijakan buat rakyat. “Saya suka Thaksin, ibu saya tergila-gila padanya, selalu bilang yeah yeah Thaksin, hahaha...” ujarnya.
Ibunya bahkan sempat datang setiap hari ke markas Kaos Merah di jembatan Phan Fa, tepatnya Monumen Demokrasi. Jarak puluhan kilometer yang mesti ditempuhnya tak membuatnya mundur mendukung sang idola. “Sekitar 1 jam 30 menit perjalanan,” kata Aor. Dia bercerita, ibunya setiap hari di siang hari datang ke Monumen Demokrasi, dan tengah malam kembali ke kampungnya. “Tak dibayar tuh,” ujarnya menepis anggapan pendukung Thaksin dibayar oleh sang konglomerat telekomunikasi dan teman-temannya di Thailand.
Sumber Tempo pendukung Kaos Kuning menyebut, setiap hari para pendukung Thaksin yang biasa mengetem di Bangkok dibayar US$ 15 atau 500 baht sehari. “Kalau tidak bagaimana mereka bisa membayar kehidupan sehari-hari, padahal mereka tak bekerja karena setiap hari ada Raphrasong,” katanya.
Namun hal ini dibantah Weng Tojirakarn, salah satu pemimpin Kaus Merah yang diincar pemerintah untuk ditangkap. “Bagaimana bisa kami kasih 500 baht sehari? Dari mana uangnya?” Menurut dia, meski sebagian adalah pendukung Thaksin, tak berarti Thaksin sedermawan itu memberikan uangnya setiap hari. “Yang pasti banyak yang simpati kepada kami. Lihat kotak amal di depan? Itu buat kami. Kalau setiap orang memberikan 100 baht, kami tetap bsia berjuang, sampai parlemen dibubarkan dan Abhisit turun,” katanya dengan nada tinggi berapi-api.
Yophiandi (Bangkok)