"Tiap orang cuci tangan tapi dia [Thaksin] itu teroris berlumur darah," ujar Kasit, seraya menyebut sejumlah negara seperti Rusia dan Jerman yang menutup mata atas tuduhan korupsi yang dialamatkan kepada Thaksin dan membiarkannya melenggang masuk ke wilayahnya.
"Ada campur tangan negara-negara ketiga," tuturnya. "Bagaimana bisa Rusia membiarkan ia tinggal di sana selama dua hari atau di Jerman, sebelumnya?" Dia juga menyebut Dubai, negeri di mana multijutawan itu tinggal untuk waktu lama, Nikaragua, dan Montenegro, yang konon memberinya kewarganegaraan.
"Semuanya berlagak naif dan menutup mata hanya karena dia pernah menjadi pemimpin yang dipilih lewat pemilu," kata Kasit, sengit. Tak puas sampai disitu, mantan staf khusus Thaksin ini menyamakan bekas bosnya itu dengan teroris Al-Qaidah dan pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler, Joseph Stalin, dan Benito Mussolini.
"Hitler juga dipilih, Mussolini dipilih, Stalin sekalipun juga mengklaim dirinya dipilih, tapi apa yang mereka perbuat terhadap masyarakat yang memilihnya?" tutur Kasit, yang pernah menjadi Duta Besar Thailand di Amerika Serikat itu. Ia lalu mengeluhkan tak adanya kerjasama internasional sama sekali.
"Bahkan interpol pun menolak bekerjasama dengan kami," katanya. Kasit menuduh Thaksin menjadi dirijen atas aksi unjuk rasa Kaus Merah dari Front Bersatu Menentang Kediktatoran. Kasit juga tak lupa mendesak pemerintahan Obama untuk menyeret Kaus Merah ke meja perundingan.
| CNA | VOA | ANDREE PRIYANTO